Selokromo, Desa di Wonosobo Tempat Lahir Seniman Penjaga Tradisi

26 Agustus 2019 11:59

GenPI.co – Hari Sabtu (24/8) pagi lalu, jalan Banyumas ruas Leksono – Sawangan, nampak ramai dengan antrian yang mengular hingga 1 kilometer panjangnya. Ribuan warga turun ke jalan raya untuk mengikuti Marrystone Culture Carnival bertajuk Rukun Agawe Karnaval yang dihelat Desa Selokromo kecamatan Leksono, kabupaten Wonosobo. Agus Iswahyudi, Kepala Desa Selokromo mengungkapkan nahwa karnaval ini merupakan karnaval tahunan yang wajib diikuti seluruh warga Selokromo.

Beliau menambahkan, ada total 9 RW yang ikut dan satu rombongan biasanya diikuti oleh 200 hingga 250 orang, dengan tema yang beragam.

Baca juga :

Lega, Kebakaran Lereng Gunung Sumbing Wonosobo Berhasil Padam

Piala Kemerdekaan, Inginkan Sepak Bola Wonosobo Kembali Berjaya

Wanaksara Jadi Wadah Difabel Wonosobo untuk Wirausaha

“Yang ditampilkan disesuaikan dengan tema yang ada juga mengangkat nasionalisme, ini juga merupakan swadaya masyarakat dan sudah menjadi budaya sejak dahulu. Selain itu, ini merupakan ajang untuk menampilkan karya masing-masing RW yang biasa mendapat pesanan karnaval di banyak wilayah, bahkan kabupaten”, ungkap Agus.

Dimulai dari hari Sabtu hingga Minggu (24-25/8), rangkaian kegiatan karnaval dimeriahkan dengan banyaknya pentas seni dan hiburan masyarakat di panggung utama dan kepanitiaan dikoordinasi oleh Karang taruna setempat. Agus mengungkapkan bahwa desa Selokromo merupakan desa yang dikenal sebagai desa yang melahirkan banyak seniman.

“Seniman-seniman seperti dalang, penari, pemusik tradisional, hingga perupa banyak yang dilahirkan dari desa ini,” imbuhnya.

Aryo Setianto, panitia Marrystone Culture Carnival mengatakan bahwa berbagai karya seperti Rahwana, Anuman, hingga replica banyak hewan merupakan hasil karya warga yang dibuat di malam hari dalam waktu kurang lebih satu bulan. Bahkan menurutnya, selain tema tradisi dan budaya dan sejarah, warga juga mengambil tema sesuai dengan isu dan kondisi yang sekarang.

“Salah satu RW yaitu RW 3 menampilkan bagaimana bersatunya binatang Cebong dan Kampret di Monas, sebagai symbol persatuan”, ucap Aryo.

Salah satu juri karnaval, perupa, fotografer yang juga penulis, Agus Wuryanto mengapresiasi karya-karya warga desa yang menurutnya bisa menjadi daya tarik wisata dan sangat menarik untuk diekspos.

“Coba kita bayangkan, jika karya seperti ini menghiasi Alun-Alun dan di tiap tahunnya ada di banyak tempat. Jadi objek foto, jadi objek wisata,” ungkap Agus.
 

Video populer saat ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ardini Maharani Dwi Setyarini

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co