GenPI.co - Menikmati libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) bisa dengan berwisata tradisonal yang akan memberikan pengalaman baru.
Di Kota Bandung, kamu bisa berkunjung ke Kampung Keramik Kiaracondong.
Berada di Jalan Stasiun Kiaracondong Lama, sentra keramik ini telah berdiri sejak 1991.
Sampai sekarang sudah generasi ketiga yang mengelola kerajinan khas dari tanah liat ini. Dikdik, nama pemilik sentra keramik Kiaracondong menceritakan perjalanan jatuh bangunnya kondisi usahanya.
"Dulu, di sini ada 30 pengrajin. Tapi, sekarang sisa satu, saya saja. Mungkin karena lemah dalam persaingan atau tidak memahami produksinya," ujar Dikdik, Jumat (23/12/2022).
Dalam sebulan, dia bisa menghasilkan 15 kubik produk keramik. Mulai dari guci besar sampai suvenir kecil.
"Ukuran besar per harinya itu sekitar 8 buah. Kalau yang diameter kecilnya itu 4 buah," katanya.
Hal menarik selama perjalannya di dunia tembikar adalah saat masa pandemi. Di kala sebagian besar usaha merumahkan pekerjanya, bahkan sampai gulung tikar, usaha keramik Dikdik melesat pesat.
Permintaan keramik pun membeludak. Sampai tidak ada stok barang di rumah produksinya. Bahkan, keramik yang agak cacat pun tetap laku terjual.
"Mungkin karena saat pandemi itu orang-orang mencari kesibukan lain. Salah satunya jadi banyak yang hobi menanam. Makanya penjualan pot itu makin banyak. Ini seumur-umur saya usaha keramik, baru pernah seperti itu kondisinya," jelasnya.
Dia menyebut dulu permintaan yang paling banyak itu pemesanan guci dan cendera mata. Namun, sekarang banyak permintaan pot bunga dengan motif yang sedang tren.
"Ada yang pesan dari Brazil. Mereka beli langsung ke sini. Barangnya kita kirim dengan peti kemas. Kita masih offline. Kalau online itu dibantu sama saudara," ucapnya.
Selain itu, hal unik dari sentra keramik ini, yakni tungku oven yang dibuat sendiri. Tidak banyak orang yang bisa memproduksi tungku oven.
"Saya bikin tungku sendiri itu bisa. Butuh Rp 200 juta untuk membuat tungku," ucapnya.
Menurut dia, tidak ada proses yang sulit dalam membuat tembikar. Namun, kendala terbesar ada pada cuaca dan bahan baku.
"Kalau cuaca cerah itu bisa kita keringkan seminggu. Kalau tidak, bisa 2-3 minggu. Bahan baku juga kalau jelek akan berdampak pada hasilnya," tuturnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News