Benteng Mas Undango Saksi Bisu Kejayaan Perairan Laut Sulawesi

31 Januari 2019 10:05

Hanya reruntuhan batu kapur dan sisa bangunan beton di sebelahnya. Di luar itu adalah ladang jagung warga sekitar.

Inilah sisa-sisa Benteng Mas Undango di Kabupaten Gorontalo Utara. Artefak ini kini menjadi cagar budaya nasional yang dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo.

Meski tersisa reruntuhan, namun daya tariknya masih kuat. Kawasan ini masih sering dikunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara. Bagi banyak wisatawan, makin tua makin memiliki daya tarik.

Benteng Mas Undango terletak di Dusun Molu’o, Desa Molu’o, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Lokasi benteng ini berada di sebelah barat benteng Oranye yang berada di kawasan dataran yang tidak begitu jauh dari pantai.

Menurut warga sekitar, benteng ini awalnya berada tepat di pinggir pantai, namun karena daratan semakin menjorok ke arah laut, menjadikan benteng ini tidak lagi berada di tepi pantai.

“Konon Benteng ini dibangun masa Portugis pada abad XV atau XVI,” kata M Jakub, warga Kwandang, Kamis (31/1).

M Jakub  menuturkan referensi buku yang disusun almarhumah Farha Daulima, benteng Mas Undango ini dibangun oleh bangsa Portugis sekitar abad 15 atau 16 pada masa pemerintahan Sultan Amay di Kerajaan Gorontalo.

Tujuan bangsa Portugis membangun benteng ini tiada lain untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam.

Dari luar adalah serangan bajak laut dari Mindanao (Philipina) maupun bangsa barat lainnya. Sedang dari dalam yaitu orang-orang pribumi, terutama raja-raja Limboto dan Gorontalo.

“Armada perdagangan Portugis yang mengangkut rempah-rempah dari Maluku melewati peraiaran utara Nusantara, di sinilah diperlukan pengamanan armada lautnya,” kata M Jakub.

Sepanjang jalur utara ini dianggap rawan sejak dulu. Persaingan sesama bangsa barat, Spanyol dan Belanda kerap terjadi, juga dengan bajak laut yang menguasai wilayah peraiaran ini.

Benteng Mas Undango ini dibuat untuk memperkuat armada perdagangan Portugis di wilayah utara.

Ketika Belanda masuk di wilayah Kwandang, benteng ini dikuasai dan dijadikan sebagai pusat pertahanan dan keamanan.  Letaknya yang strategis membuat benteng ini cepat menjadi pusat pemerintahan dan menarik masyarakat untuk membangun permukiman di sekitarnya.

Dua reruntuhan benteng menunjukkan fase pembangunan yang berbeda, struktur kapur tepat di sebelah perempatan jalan merupakan peninggalan lebih tua dari bangunan beton di sisi lainnya.

Kini benteng ini dalam perawatan BPCB Gorontalo, bahkan tahun lalu sejumalh arkeolog melakukan ekskavasi untuk menemukan batas pondasi terluar. Ternyata benteng ini lebih luas dari yang ada. Sebagian fondasi lama bahkan sudah ditempati rumah oleh warga sekitar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co