GenPI.co - Seksolog klinis Zoya Amirin memberikan banyak sekali materi edukasi ke pasangan, termasuk mengenai soal toxic positivity.
Istilah tersebut merujuk pada sebuah kondisi di mana seseorang dituntut untuk selalu berpikir positif dalam kondisi apapun.
Kondisi ini memaksa adalah bentuk penolakan seseorang terhadap kondisi negatif dalam hidupnya, membuatnya menekan perasaan itu lalupura-pura bahagia
“Ketika kita dan pasangan tanpa sadar memberikan toxic positivity, maka secara tidak langsung kita tidak memvalidasi atau bahkan tidak mengakui perasaan kita,” kata Zoya dalam tayangan edukasi di kanal YouTubenya, diunggah 5 Juli 2021.
Toxic positivity menurut Zoya akan membuat kehidupan perkawinan menjadi lebih berat dan membuat pasangan makin tidak dicintai.
“Meskipun kamu melakukan ini tanpa sengaja atau bahkan banyak dari kamu tidak paham apa itu toxic positivity,” tambah dia.
Karena itu, Zoya meminta tiap orang khususnya pasangan untuk saling memanusiakan satu sama lain dengan memvalidasi perasaannya.
“Jadi sebenarnya, perasaan manusia yang paling otentik itu adalah kita harus bisa merasakan sedih, bahagia tertawa terbahak-bahak dan menangis tersedu-sedu,” jelas Zoya.
Dalam relasi dengan pasangan, tidak jarang rasa sakit yang dirasakan karena interaksi negatif yang terjadi, ingin dilewati dengan cepat tanpa proses yang matang.
“‘Udahlah lupain aja,’ itu sama sekali nggak sehat,” kata seksolog bersusia 46 tahun itu.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News