
GenPI.co - Sorak sorai penonton membakar semangat petarung di atas pentas. Suara gending gamelan terdengar dari kejauhan. Kerumunan orang datang ke depan panggung untuk mendekat. Sahut-sahutan suling bambu, tabuhan gendang, dan pukulan gong semakin kencang.
Pertarungan antara dua lelaki berikat kepala sapuk dan pinggang berlilitkan kain atau dodot (ikat pinggang) itu saling mengganas memukul satu sama lainnya. Di tangan mereka memegang senjata penjalin dan dilengkapi dengan perisai yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau untuk melindungi diri dari serangan lawan.
Tak sungkan-sungkan untuk saling menyerang, luka bekas sebatan pun terlihat memerah hingga kebiruan di tubuh para petarung. Sementara itu sang wasit sibuk mengiringi para jawara yang tengah beradu kekuatan.
Baca juga: Wah, Tari Rungkuk Alu Khas Flores Tampil di Tanjungpinang
Pria-pria gagah tersebut berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ternyata adu ketangkasan dan kekuatan itu merupakan aksi dari Peresean atau perang Gebuk Rotan. Tradisi khas turun temurun dari Pulau yang tekenal dengan sebutan seribu mesjid itu.
Perlagaan dari Suku Sasak ini hadir di Festival Budaya dan Etnis di Lapangan Pamedan Ahmad Yani. Digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang. Selasa (30/4).
Penasehat Persatuan Perkumpulan NTB, Imran mengatakan pertunjukan ini merupakan bagian dari festival. Mereka adalah salah satu paguyuban yang berada di Tanjungpinang dan diberi kesempatan Disbudpar untuk mementaskan dan memperkenalkan budaya yang dimiliki daerahnya kepada masyarakat Tanjungpinang.
Suku Sasak hadir di Festival Budaya dan Entis. Foto: Milyawati
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News