Pesona Budaya Desa Tenganan

Pesona Budaya Desa Tenganan - GenPI.co
Desa Tenganan. (Foto: Yopie Pangkey)

Kemudian ada bangunan panjang yang disebut Bale Agung. Bangunan ini digunakan untuk pertemuan-pertemuan yang membahas soal peraturan desa. Dan ada beberapa bangunan  lain di sekitarnya yang sepertinya untuk upacara adat.

Semakin ke Utara semakin menanjak landai. Seluruh rumah ditutupi oleh pagar tinggi dengan pintu masuk yang sangat sempit. Hanya muat untuk satu orang dewasa,  jadi jangan harap bisa berpapasan di pintu gerbang tersebut. Suasana desa keseluruhan terlihat asri. Lapangan  yang membelah desa menjadi ruang publik warga dengan susunan batu yang melapisinya.

Dikelilingi oleh bebukitan berupa hutan yang diselingi perkebunan warga. Berdasarkan peta, saya perkirakan jarak desa Tenganan ke Puncak Gunung Agung sekitar 17an kilometer.

Soal nama Tenganan, beberapa literatur bisa dijadikan acuan. Kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang memiliki arti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Jadi, dahulu kala, ada perpindahan masyarakat yang tadinya ada di daerah pinggir laut menuju ke begian pulau yang lebih dalam ke arah perbukitan

Di sela-sela acara Tenganan Festival 2018 ini kami sempatkan berbincang dengan Ngurah Putra. Ia adalah Koordinator Tim Calender of Event Kementerian Pariwisata RI. Menurutnya, Perang Pandan itu adalah inti dari acara festival ini. Jadi, jangan pulang kalau belum melihatnya.

Selain Perang Pandan atau disebut juga Mekare-kare juga ada Kain Gringsing dan ayunan tradisional yang sangat unik. Apa itu Perang Pandan dan Tenun Ikat Gringsing itu? Simak terus artikel ini yah

Perang Pandan

Perang Pandan adalah tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Tenganan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang mereka. Ini semacam tes mental dan kebesaran hati secara bertahap bagi para pria sebelum terpilih untuk memimpin Desa Tenganan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya