
GenPI.co - Pandemi Covid-19 dan penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memiliki dampak signifikan bagi murid maupun wali murid. Namun, yang sering terlupakan adalah dampak pandemi yang dirasakan oleh para guru.
Faktanya, dengan sistem pembelajaran online, guru-guru harus beradaptasi cepat untuk berpindah ke platform digital, merancang kurikulum serta strategi pengajaran yang berbeda, agar PJJ dapat berjalan dengan mulus.
Banyak tantangan yang dihadapi oleh para guru selama PJJ berlangsung, terutama di daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal). Yang pertama dan utama adalah kesenjangan teknologi dan fasilitas antara kota besar dengan daerah terpencil.
BACA JUGA: Ganjar Anggarkan Rp254, 2 Miliar Insentif Guru Keagamaan
Tri Widyaswari, seorang guru SD Talang Layan, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, bahkan harus membawa genset-nya sendiri untuk berjaga-jaga selama jam sekolah, karena listrik yang kerap padam di tengah pelajaran.
Hal itu dilakukannya demi dapat mengajarkan murid-muridnya yang tidak dapat menikmati fasilitas internet pada masa PJJ,
BACA JUGA: Alhamdulillah, Para Pentolan Guru Honorer Sampaikan Kabar Bahagia
“Kebanyakan rumah di daerah Musi Banyuasin ini listriknya sering sekali padam dan saya harus menggunakan materi berupa video saat mengajar, untuk itu saya mengakalinya dengan membawa genset sendiri agar proses belajar dapat terus berjalan walaupun listrik dalam keadaan padam,” jelas Tri.
Selain masalah logistik dan fasilitas, tantangan lain yang menghambat para guru di Indonesia adalah fenomena double role atau peran ganda. Di satu sisi, sebagai guru, mereka harus mengajar secara online dan memastikan murid bisa menyerap pelajaran dengan baik.
Di waktu yang sama, banyak dari guru-guru di Indonesia yang juga memiliki anak-anak di rumah, yang membutuhkan bantuan mereka untuk mendampingi selama bersekolah online.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News