Polemik Harga PCR Masih Tinggi, Direktur CYPR Angkat Bicara

Polemik Harga PCR Masih Tinggi, Direktur CYPR Angkat Bicara - GenPI.co
Ilustrasi - Dokter patologi klinik menunjukkan cara kerja alat Polymerase Chain Reaction (PCR) di Ruang Ektraksi DNA dan RNA Laboratorium Mikrobiologi RSUD Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). (FOTO: ANTARA/Umarul Faruq/aww)

GenPI.co - Penurunan harga pemeriksaan deteksi virus corona dengan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) masih menimbulkan polemik. 

Meski Presiden Jokowi menginstruksikan agar biaya pemeriksaan PCR diturunkan menjadi Rp 450 ribu hingga Rp 550 ribu, publik masih merasa terlalu tinggi.

Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR) Dedek Prayudi lantas angkat suara terkait polemik tersebut. 

BACA JUGA:  Perampok Bobol 2 Apotek, Obat Covid-19 dan Duit Lenyap, Astaga

Menurutnya, apa yang dilakukan Presiden Jokowi dengan menginstruksikan bawahannya sudah tepat. 

"Ya, memang sudah tepat walaupun terlambat," beber Dedek kepada GenPI.co, Senin (16/8). 

BACA JUGA:  IDI: Tingkat Kematian Akibat Covid-19 di Indonesia Masih Tinggi

Uki, sapaan akrabnya, menjelaskan selama ini hambatan dalam melakukan testing secara masif ialah keterbatasan kapasitas negara dalam melakukan tes gratis. 

Selain itu, kata dia, keadaan tersebut diperburuk dengan mahalnya harga tes PCR mandiri. 

BACA JUGA:  Innalillahi, 1.700 Nakes Gugur Akibat Covid-19 di Indonesia

Dengan demikian, masyarakat enggan untuk melakukan tes covid-19 dengan PCR, padahal itu cukup berpengaruh besar. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya