
Andhika mulai membuktikan kemampuannya. Dia punya kesempatan tampil lagi. Dan tampil lagi.
Mentalnya kian kuat. Di umurnya yang 21 tahun. Andhika adalah contoh klasik pesepak bola Indonesia.
Dari keluarga miskin. Sejak kecil dia hanya hidup berdua dengan ibunya. Ayahnya meninggal ketika Andhika masih balita.
BACA JUGA: Sudi Jawa
“Ternyata ayah saya sebenarnya tidak meninggal,” ujar Andhika kemarin.
Dia tidak pernah tahu ayahnya sebenarnya masih hidup. Pindah dari Surabaya ke Jatiroto. Kawin lagi di sana.
BACA JUGA: Persija Jakarta Keok, Pemain Asing Selamatkan Persebaya Surabaya
BACA JUGA: Kekuatan Persebaya Sudah Dikantongi Persija, Siap-siap Sengit
Sang ibu lantas jualan kopi, teh, dan kue. Buka warung di dekat terminal di Perak, Surabaya Utara. Andhika ikut ke warung itu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News