Udara Jakarta Kotor Nomor Satu di Dunia, Jokowi Digugat

Udara Jakarta Kotor Nomor Satu di Dunia, Jokowi Digugat - GenPI.co
Polusi udara di Jakarta di tingkat pertama survei dunia. Aliansi masyarakat ini gugat Jokowi (Foto : Istimewa)

GenPI.co - Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota paling berpolusi udara sedunia. Lantaran ini, Tim Advokasi Gerakan Ibu Kota menggugat sejumlah lembaga pemerintahan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Salah satu yang digugat yakni Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Baca juga :

Coba Saingi Tuhan, China Buat Matahari Diklaim 6 Kali Lebih Panas 

Polisi Tangkap Pelaku Jambret yang Terekam CCTV 

Jokowi Bakal Gaji Tunawisma, Pria Ini Fokus Mau Jadi Pengangguran 

Mengatasnamakan Citizin Law Suit (CLS), isi gugatan termasuk menuntut hak warga negara mendapatkan udara yang bersih. Menurut pengacara Publik LBH Jakarta, Nelson Simamora, pemerintah tidak mengumumkan jika kualitas udara kurang sehat. "Harusnya ada semacam peringatan kepada masyarakat karena hak menghirup udara sehat adalah hak kita semua," tutur Nelson, seperti dikutip dari Suara.

Gugatan tersebut telah didaftar dengan nomor 374/Pdt.G/LH/2019/PN.Pst di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan itu dilayangkan agar pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang masalah polusi udara di Jakarta. Tercatat ada 7 lembaga dan perorangan yang digugat. Presiden Jokowi, Menteri Lingkungan Hidup, dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Gubernur Banten Wahidin Halim.

Menurut Nelson, dicantumkan nama Ridwan Kamil dan Wahidin Halim sebab mereka juga tidak pernah mempunyai kebijakan dan laporan kualitas udara di wilayah yang dipimpinnya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya
Maraton Pilpres - JPNN.com

Maraton Pilpres

Sial kita saja: kalau semua pelanggaran etika dan hukum itu mereka lakukan ternyata kepentingan umumnya tetap nol. Kemajuan bangsanya tidak nyata.