Pesta Rakyat itu Bernama BEC 2018

Pesta Rakyat itu Bernama BEC 2018 - GenPI.co
Kemeriahan Banyuwangi Ethno Carnival 2018

Perhelatan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2018 pecah! Meriah dan gegap gempita. Ribuan warga Bumi Blambangan tumpah ruah memenuhi rute karnaval sejauh 2,5 km. Tiga ruas jalan disulap menjadi catwalk, memanjang dari lapangan Blambangan hingga ke Stadion Diponeogo. Pria wanita, tua muda tampak begitu antusias menonton gelaran yang dihelat Pemerintah kabupaten Banyuwangi itu. Alam pun seolah ikut dalam kegembiaraan. Di langit, matahari bersinar cerah, namun udara tetap sejuk lantaran sang bayu tak henti-hentinya meniupkan hawa sejuk.

Panggung utama karnaval yang mengambil tema Puter kayun itu berada di Lapangan Blambangan.  Sebelum arak-arakan berlangsung, pertunjukkan berbagai tari-tarian juga disajikan. Tak ketinggalan para artis lokal Banyuwangi yang mengisi acara dengan beberapa lagu khas setempat. Semakin memeriahkan acara, dua artis asal Banyuwangi yang sudah melanglang buana di blantika music Indonesia turut tampil membawakan beberapa lagu. Mereka adalah Fitri Carlina dan Danang D’Academy. Penampilan mereka lantas diganjar tepuk tangan meriah dari seluruh pengunjung yang hadir.

Ada pula sambutan dari Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Dari panggung utama, Anas membeberkan segala hal yang unik tentang Banyuwangi. Termasuk proyeksi menjadikan kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu sebagai tempat kunjungan pariwisata. Sebab, Banyuwangi kaya akan destinasi wisata yang unik tiada duanya. Sebut saja Alas Purwo dan Kawah Ijen. Keduanya adalah destinasi andalan untuk menarik minat wisatawan.

Karnaval budaya kontemporer itu dibuka oleh Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan. Senada dengan Anas, Menko Luhut mengatakan Banyuwangi memiliki beragam destinasi wisata yang menarik. Dengan kekayaannya itu, Banyuwangi memiliki peluang untuk ikut berkontribusi dalam menyukseskan target pemerintah untuk mendatangak 17 juta wisatawan mancanegara pada 2018 ini.

Penampilan 30-an penari bule juga turut menyita perhatian. Balutan pakaian tradisional Banyuwangi tak mampu menyembunyikan wajah-wajah ‘asing’ mereka. Suasana semakin meriah ketika mereka mulai menari. Meski menari dengan kikuk lantaran tak pernah membawakan tarian tradisonal Indonesia, namun mereka tampak PD. Beberapa bahkan berinteraksi dengan penonton sambil trus menari tak karuan.

Saat acara puncak digulirkan, penonton semakin antusias. Satu persatu para peraga kostum keluar dari panggung utama. Mereka tampil megah dengan busana unik yang membalut tubuh. Beragam ornamen yang mereka kenakan sesuai sub tema yang ditentukan.

Total ada sepuluh subtema yang disajikan dalam karnaval tersbut. Semuanya tentu saja sejalan dengan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Banyuwangi. Mereka yang tergabung dalam subtema dongkar, misalnya, tampil dengan balutan busana dengan ornamen roda-roda dongkar dan beragam pernik lainnya. Sementara peserta yang masuk dalam subtema jaran, menampilkan ornamen-ornamen kuda pada busana mereka.

Lantaran tampil dengan penuh keunikan, tak ayal para peserta itu jadi sasaran kamera puluhan fotografer yang sibuk mencari angle terbaik untuk foto mereka. Sementara dari ketinggian, dua unit drone merekam semua kejadian yang berada di bawahnya. Warga yang bejubel di sisi kanan dan kiri rute karnaval tak mau ketinggalan. Bermodalkan ponsel berkamera, mereka turut merekam karnaval itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya