GenPI.co 
Ini kali pertama saya berkunjung ke Singaraja. Di ibukota Kabupaten Buleleng, Bali itu, saya ditugaskan untuk meliput Buleleng Festival 2018. Kerap disingkat Bulfest, ajang ini merupakan panggung bagi para pelaku seni Bali untuk unjuk gigi. Ada 50 kelompok penari yang tampil, Ada pula suguhan modern berupa live music dari band papan atas yakni Superman is Dead (SID) dan D’Masiv.
Sebelumnya, saya sudah berkali-kali menginjakkan kaki di Pulau Dewata ini. Namun sebagaimana wisatawan pada umumnya, kunjungan saya terbatas pada tempat-tempat yang sudah familiar saja.
Orang tidak banyak mengenal kota Singaraja. Itu karena daerah ini memang bukan tujuan utama wisata seperti Kuta dan Gianyar. Kuta dan Bandara Ngurah Rai terletak di ujung Bali selatan, sedangkan Singaraja berada di Bali utara.
Jarak dari Bandara Ngurah Rai ke Singaraja cukup jauh. Butuh waktu 2,5 hingga 3 jam untuk tiba. Meskipun begitu, saya tak merasa bosan. Sebab hijau royo-royo dari pepohonan rindang tersaji sejauh mata memandang.
Jalan yang mengular di lembah dan gunung , berkelok-kelok dan naik turun memberi sensasi sendiri. Bagi yang tak biasa mungkin akan merasa mabuk. Namun untuk saya, ini adalah perjalanan yang sungguh menyenangkan. Sepanjang jalan saya tak henti-hentinya menjepret pesona alam Bali.
Mobil yang kami tumpangi juga melewati kawasan Bedugul. Sayang, karena keterbatasan waktu, wisata khas Bali itu terpaksa kami lewati begitu saja. Padahal saya ingin merasakan damainya danau Beratan walau sejenak.
Karena berada di pesisir utara, Buleleng juga memiliki beberapa kawasan pantai. Salah satunya adalah Pantai Lovina.
Dalam hal tampilan, Pantai Lovina biasa-biasa saja. Namun itu bukan atraksi utamanya. Yang membuatnya menarik adalah atraksi kelompok lumba-lumba liar di perairannya. Cukup masuk 100 meter ke laut menggunakan perahu-perahu sewa yang berjejer ditepi pantai, aksi hewan mamalia laut itu sudah bisa dinikmati.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
