Cerita Horor : Kisah Lahan Angker Mencari Tuan di Bekasi

Cerita Horor : Kisah Lahan Angker Mencari Tuan di Bekasi - GenPI.co
Setiap tempat pasti ada penunggunya. Mereka tak kasat mata hanya menerima orang yang benar-benar dikehendaki Tuhan

Jadi, awal mula gue bertemu tanah ini lagi jalan-jalan di malam hari. Gak malam-malam banget, sekitar pukul 20.30 WIB namun hanya segelintir orang yang masih beraktivitas. Jalan sudah diterangi dengan lampu, namun lampu di depan lahan ini tidak menyala.

Gue parkir mobil di pinggir, dekat dengan lahan yang dikelilingi pagar bambu. Sumpah, gue clingak-clinguk, gak satu pun warga bisa gue minta keterangan. Di sana banyak kontrakan, tapi semua pintu ditutup. Ya gak mungkin juga gue gedor-gedor. Udah malam pula, takut gak sopan.

Gue melihat-lihat lahan yang gelapnya gak kira-kira. Gue ambil senter di mobil, tapi cahaya senter gue gak menembus kegelapan di lahan tersebut. Padahal senter gw yang kualitasnya bisa dipakai dalam pertambangan dengan cahaya tembus hingga 100 meter, lho. Gak nyombong, tapi senter itu seolah gak berfungsi ketika menyorot ke dalam lahan. Malah sinarnya agak redup dan lama-lama senter gue mati dong!

Jujur aja, gue langsung merasa merinding saat senter gue gak bisa nyala. Jantung gue deg-degan gak karuan. Gue baca-baca doa semampu gue, tapi lantaran ibadah juga bolong-bolong, auto kayaknya doa gue gak terpakai. Masih merinding dan deg-degan. Sesaat hendak memutuskan naik mobil dan cabut, dari kejauhan sayup-sayup gue denger tukang jualan nasi goreng. Syukurlah, ketakutan gue mereda. Sekalian gue mau beli nasi goreng walau gak lapar-lapar amat, tapi gue mau tanya-tanya soal lokasi tersebut. 

Tukang nasi goreng sudah berjarak sekitar 20 meteran dari gue. Ternyata ada salah satu warga yang manggil. Behentilah dia di depan rumah warga tersebut. Udah kayak disiapin Tuhan, ya. Di saat gue butuh info soal lahan ini, malah ada warga yang keluar. Mending gue samperin deh.

Cerita Horor : Kisah Lahan Angker Mencari Tuan di Bekasi
Ilustrasi nasi goreng malam hari (Foto : Istimewa)
 

Misi pak, saya J, saya dari Tebet. Maaf ganggu. Saya mau cari lahan untuk ngembangin cluster. Saya tertarik dengan lahan yang ini (gue tunjuk ke arah lahan gelap itu). Kira-kira siapa ya yang punya, gue sambil kasih senyum paling manis.

Sebut saja namanya Pak Dudung, dia memandangi gue dari atas sampai bawah. Lalu dia pandang-pandangan tanpa senyum dengan tukang nasi goreng. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya