Musik Angklung Mengalun di Bandara Banyuwangi

Musik Angklung Mengalun di Bandara Banyuwangi - GenPI.co
Festival Angklung Paglak. (Foto: RRI)

Festival Angklung Paglak sukses digelar. Event ini adalah bagian dari Banyuwangi Festival Lokasinya di hamparan hijau Bandara Banyuwangi, Sabtu (4/8). Alunan musik dari material bambu mengalun merdu dari 38 menara bambu. Dalam bahasa setempat, menara disebut ”paglak”.

“Angklung paglak adalah salah satu kesenian tertua di Banyuwangi. Kita ingin menunjukkan bahwa kearifan lokal bukan masa lalu, tapi masa depan,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Paglak adalah menara bambu setinggi 6-7 meter dengan lebar masing-masing sisinya sekitar dua meter. Dari menara tersebut, musik angklung khas Banyuwangi dimainkan oleh 2 hingga 4 pemusik.

Kesenian ini muncul sejak 1880 silam. Saat itu, angklung paglak dimainkan di tengah sawah saat musim panen.

Masyarakat Suku Osing yang kerap disebut sebagai warga asli Banyuwangi, biasanya saling membantu saat musim panen tiba. Angklung paglak ini dimainkan sebagai undangan dari sang pemilik sawah kepada warga agar ikut membantu sekaligus menghibur para petani.

“Jadi festival ini bukan sekadar atraksi wisata. Tapi ada filosofi yang ingin disampaikan, khususnya ke anak-anak muda. Nilai-nilai gotong royong ala masyarakat saat musim panen ini penting diteladani. Kalau hanya disampaikan di dalam kelas, akan membosankan. Tapi kalau langsung dimainkan seperti ini anak-anak langsung tahu,” kata Anas.

Seorang peserta, Sumantri (55), mengatakan, dirinya sejak kecil sudah lihai memainkan angklung. “Senang sekarang ada festivalnya. Biasanya saya main di tengah sawah sendirian, sekarang bisa main ditonton banyak orang,” ungkapnya.

Festival Angklung Paglak ini juga menambah cantik kawasan bandara hijau Banyuwangi. Suasana khas lokal semakin terasa di bandara yang mengadopsi arsitekur berbasis budaya Suku Osing tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya