"Tolong kirim wartawan ke kampungnya Brigadir Joshua Hutabarat," pinta saya ke pimpinan harian Jambi Ekspres Syarkawi.
"Siap," jawabnya.
"Berangkat setelah Subuh ya, biar bisa untuk Disway edisi tembak-menembak Minggu," kata saya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Peneliti: Demo Gugat
Tiga wartawan pun meninggalkan Jambi. Sabtu kemarin. Sebelum pukul 06.00. Mereka naik mobil menyusuri jalan utama ke arah Palembang.
Sebelum perbatasan Jambi-Sumsel mereka harus belok kanan. Memasuki kawasan kebun sawit yang luas. Itulah kebun sawit yang sudah berumur lebih 15 tahun.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ilmuwan Kedokteran: Bukan Gugat
Setengah membelah kebun sawit mereka tiba di desa Suka Makmur. Berarti 68 Km perjalanan yang mereka tempuh. Banyaknya truk sawit membuat jarak itu begitu jauh: dua jam.
Nama Brigadir Joshua terkenal di seantero Jambi –bahkan Nusantara. Tidak adil kalau tidak ada media Amerika yang menulis tentang kematiannya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Profesor ITB: Mikra Gugat
"Mudah sekali mencari rumah orang tuanya," ujar Andri Brilliant Avolda, salah satu dari tiga wartawan itu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News