
”Tak apa-apa, kan ada Mas Abdur,” kata Mila.
Mila akhirnya mau menemui Bang Eel dan mulai bekerja di Dinamika Kota. Saya melihat Mila yang semula, yang riang dan bekerja dengan efisien. Mbak Nana bilang sangat terbantu.
Kerja kesekretariatan di redaksi surat kabar itu bukan pekerjaan yang bisa diremehkan juga.
BACA JUGA: Catatan Hasan Aspahani: Bongkar Makam, Siapa Membunuh Putri (23)
Sebagai pemred saya bergantung pada rekap produktivitas masing-masing wartawan yang dibuat sekretaris untuk mengatur para wartawan itu, memicu produktivitas dan semangat kerjanya.
Untuk beberapa urusan, Mila harus sering keluar kantor. Membeli ATK di Edukits, mengantar undangan narasumber untuk diskusi redaksi rutin, atau berkoordinasi dengan percetakan.
BACA JUGA: Catatan Hasan Aspahani: Putusan Sela, Siapa Membunuh Putri (21)
Semua pekerjaan itu selama ini ditangani Mbak Nana. Saya memberi kesempatan Edo untuk lebih sering melayani kerja sekretaris redaksi. Saya sengaja menjaga jarak dengan Mila.
Tampaknya Edo ada hati pada Mila. Dia rapi sekarang, mulai tak tampak lagi bekas-bekas premannya. Kecuali tato Terpedo itu. Itu sejarah dan identitas, katanya.
BACA JUGA: Catatan Hasan Aspahani: Kode Etik, Siapa Membunuh Putri (21)
Saya tak mau perhatian saya disalahartikan. Saya takut, atau tepatnya tak mau terlibat dengan perkara yang ribet.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News