Apa Kalian Mau Bertukar Tempat Denganku Memelihara Makhluk Ini?

Apa Kalian Mau Bertukar Tempat Denganku Memelihara Makhluk Ini? - GenPI.co
Sebuah cerita yang akan menerormu. Jangan membacanya jika tak ingin dia ada di hidupmu (Foto : Haunted Fear)

Tiba di sekolah. Murid masih pada ramai menunggu bel masuk. Dudung nongkrong dengan cowok-cowok kelas gue di dekat pagar samping sekolah. Gue segera Nyamperin Dudung.

Udah ngeliat si Raden? tanya gue ke Dudung pelan.

Belom, Vir. 

Ya udah, gue ke kelas duluan.

Kelas gue sepi banget, tapi tas anak-anak sudah ada di bangkunya masing-masing. Semua sudah pada di luar kelas karena pelajaran pertama memang olahraga dan dilanjutkan dengan kesenian. 

Gue naruh tas, lalu duduk sejenak mengeluarkan baju olahraga. Harusnya gue pakai aja dari rumah, ya. Bloon emang.

Mendadak gue mendengar nafas seseorang dari arah belakang. Jantung gue langsung gak karuan detaknya. Bulu kuduk gue naik. Gue segera membalikkan badan. ADA RADEN! DIA MASUK LEWAT MANA! TADI SEPI SUMPAH! 

Gue sontak langsung berdiri dan hendak lari, tapi setelah berada dekat bangku guru, gue menoleh lagi. Raden memandangi gue kayak ingin nangis.

Lu datang dari mana tadi? Lu orang, kan? Lu siapa? Mana Raden? Gaya gue udah kayak di film-film horor.

Ini gue Raden, Vir. Tadi pala gue berat, makanya gue tiduran. Gue bangun karena ada orang datang. Gue pikir Pak Asep (guru olahraga). Gak taunya elu.

Mendengar keterangan Raden, hati gue bisa menerima. Ada kejujuran di matanya. Gue mendekat tapi tetap ambil jarak.

Kemana lu kemarin? tanya gue penuh selidik.

Gue sakit, Vir. Nyokap gue juga sakit. Gak ada yang bisa ke sekolahan untuk ngasih tau guru-guru. Gue sakit karena ...., Raden gak melanjutkan ucapannya.

Karena apa? serius dalam hati gue mengutuk, kenapa gue harus bertanya ini. Bodoh sekali, Vira! Ini sumber petaka gue.

Karena makhluk itu gak terima apa pun yang gue sajikan, kata Raden lirih.

Raden membuka bajunya. 

Lah, mau ngapain lu, Den? Gue teriak, nih! ancam gue.

Gue cuma mau kasih tau lu sesuatu. 

Gue terbelalak. Di dada Raden ada 5 garis panjang seolah habis dicakar! Ini gila!

Lu kenapa?

Raden terdiam. Gue makin penasaran.

Mahluk itu melukai gue dan ibu gue, Vir, ucap Raden pelan.

Mahluk apaan maksud lu? Macan? Serigala? Apa?

Sambil menunduk, Raden berbicara sesuatu yang lebih pelan lagi dan gue gak mendengar tapi sayup-sayup ada 'af'-nya.

Raden kembali menatap gue. Gue menunggu jawaban dia.

Dia minta pindah. Mahluk wanita itu, Vira. Tingginya sekitar 180 meter, rambutnya panjang hitam pekat lebat menyentuh tanah, wajahnya abu-abu dengan tangan putih pucat dan kuku-kuku yang panjang. Dia bertelinga runcing di sebelah kiri dan daun telinga di sebelah kanan tidak ada sebab dipenggal. Hidungnya bangir dan selalu meneteskan darah, di ubun-ubunnya ada lubang paku sedalam 10 sentimeter, tangan kirinya ada jari yang terpotong, matanya putih dengan sudut ke atas memanjang dan INI YANG TERAKHIR, BIBIRNYA.... @%#^$&@(!)$^#!!!!!

 

Apa Kalian Mau Bertukar Tempat Denganku Memelihara Makhluk Ini?

TEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!!!! Bunyi lonceng sekolah gue yang lama dan memekakkan telinga membuat suara Raden tenggelam. Gue yang tadinya rada terhipnotis mendadak sadar. Gue langsung lari ke luar kelas sambil memandangi Raden yang langsung duduk dan menggebrak meja lantaran misinya belum terlaksana.

Tuhan Yesus menyelamatkan gue. 

Di lapangan sudah ada Dudung dan anak-anak lainnya, membuat barisan acak. Gue langsung ambil posisi di sebelah Dudung dan memandanginya dengan wajah ketakutan. Awalnya Dudung gak ngeh, sampai ketika dia melihat Raden keluar kelas sedikit terhuyung-huyung, dia membelalakkan mata.

Setengah berbisik gue menceritakan kejadian yang baru gue alami.

Bener kata lu, Dung. Dia menceritakan ciri-ciri kunti itu.

Somplak. Serius lu? Dudung jadi ikutan berbisik.

Bener. Gue selamat karena bel bunyi. Gue gak dengar ciri-ciri terakhir. Sumpah, jantung gue mau copot.

Raden berbaris di tempat paling belakang. Gue dan Dudung sama-sama menoleh melihat dia. Tatapan Raden kosong melihat ke arah kami berdua. Lalu mulutnya seperti hendak menyampaikan sesuatu tapi tanpa suara. Gue dan Dudung dipaksa membaca gerak bibirnya. Kami spontan buang muka!

Lu liat gerak bibirnya dia? Untung gue gak paham.

Gue paham sih, Dung.

Maksud lu, Vir?

Gue gak menjawab sepatah kata pun. Gue cuma diam bahkan sampai sekolah bubar. Tawaran Dudung untuk pulang bareng gue tolak.

--------------------------------------------------

Gue sampai di rumah. Shalom, gue mengucapkan salam sambil lemas.

Nyokap gue membukakan pintu dan melihat gue tersenyum.

Gue mencium tangan nyokap gue. Lalu segera beranjak ke kamar. Hari itu gue lelah banget.

Nyokap mengikuti langkah gue ke kamar sambil membawakan gue segelas air.

Gue duduk di pinggir tempat tidur. Ma, Vira izin tidur siang, ya. Vira ngantuk banget, nyokap gue cuma mengangguk.

Beliau jalan ke arah pintu, lalu menutupnya perlahan.

Di balik pintu itu sudah ada seseorang menunggu gue.

 

Apa Kalian Mau Bertukar Tempat Denganku Memelihara Makhluk Ini?

iya.

Dia si kuntilanak abu-abu.

(Seperti diceritakan Vira kepada GenPI.co)

Lihat video seru ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya