
GenPI.co - Hujan menggutus sepanjang jalan. Kemarin pagi. Belum sarapan. Target saya: pukul 10.00 sampai di Singkawang. Bisa langsung early lunch: telur dadar tiram, cah okra, pare-udang dan ayam rebus.
Sayur itu dimasak gaya Tiuchu atau Hakka. Ini bukan pertama saya mengemudikan mobil Pontianak-Singkawang. Tapi baru kali ini sampai 3,5 jam. Rekor masa lalu saya 2,5 jam.
Saya parkir di dekat Kelenteng Kuning di pusat Kota Singkawang. Hujan masih tetap menggutus. Saya lari ke toko emas Batavia. Ada sahabat Disway di situ: William, si pemilik dua toko emas di satu kota.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Mohamad BBC
"Carikan masakan Tiuchu paling enak. Ini lapar sekali. Belum sarapan pula," ujar saya.
William pun membawa saya ke satu restoran Tiuchu tidak jauh dari tokonya. Tiba-tiba William membuat video call. Ia bicara dalam bahasa yang saya tidak mengerti artinya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Kasus Pembunuhan Mahasiswa: Ilmu Hukum
Begitu tersambung William menyerahkan HP ke saya. Maksudnya, Anda sudah tahu: agar saya bicara dengan yang di layar HP itu.
"Bekas wali kota," katanya sambil menyerahkan HP.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tawa Duka
"Bekas?" saya balik bertanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News