Wartawan umumnya tinggal di Bagansiapiapi. Tanah Putih begitu jauhnya. Maka ketika keluarga sawit tersebut beraksi berkali-kali di Polres setempat tidak ada wartawan yang meliput.
"Kami yang di Bagan tidak tahu. Kami belum pernah meliput peristiwa itu," ujar seorang wartawan senior di Bagansiapiapi.
Saya pun bertanya: apakah sudah menonton podcast Uya Kuya soal nasib seorang petani sawit di daerahnya itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Kongres PSSI: Barang Enak
"Belum," jawabnya.
Maka saya pun mengirimkan copy podcast itu. Dua jam kemudian saya tilpon wartawan tersebut.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Penembakan di AS: Brandon Assamariyyun
"Saya baru menonton separo. Saya tidak pernah tahu soal itu," katanya.
Kantor Polres RoHil memang sangat jauh pun dari Bagan. Dan kampung petani itu lebih jauh di pedalaman lagi. Masih dua jam lagi dari Polres. Yakni di Simpang Manggala.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Hibah Salah
Petani sawit itu pendatang dari Tanah Batak. Tahun 2004 ia sudah mulai membeli tanah kebun yang masih sangat murah. Sampai terkumpul 500 hektare. Mulailah sawit ditanam. Berbuah. Panen.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News