Catatan Dahlan Iskan soal Safari Ramadan: Sirna Rasa

Catatan Dahlan Iskan soal Safari Ramadan: Sirna Rasa - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Hanya di tanjung Pangandaran inilah orang bisa menikmati dua pemandangan ajaib sekaligus: melihat sunshine di pagi hari dan sunset di petang hari.

Pantai Pangandaran adalah Copacabana dan sekaligus Ipanema. Tapi dua pantai itu jauh sekali: di Rio de Janeiro, Brazil. Itu pun saya dua kali ke sana. Sedang Pangandaran hanya jauh di pantai selatan Priangan Timur.

Begitu banyak objek wisata di kawasan ini. Tapi masih terasa begitu jauh untuk mencapainya. Rasanya Pangandaran perlu impor bupati dari Gunung Kidul.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Donald Trump: Salam Karma

Harus dua jam saya baru sampai ke puncak. Lapar, haus, dan basah. Angin laut selatan mempercepat keringnya keringat. Jalan kembalinya lebih cepat: lewat penurunan yang memutar landai. Tidak ada waktu istirahat. Santri sudah berkumpul di pesantren.

Saya putuskan untuk mandi dulu di pesantren. Rasanya badan ini terlalu kotor untuk menemui para santri di situ. Pesantren ini jauh lebih maju dibanding yang saya lihat 10 atau 12 tahun lalu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Safari Ramadan: Kambing Gemuk

Maka sudah waktunya ditingkatkan lagi satu derajat ke atas: bikin program pesantren internasional di Pangandaran. Copy saja sistem yang sudah terbukti maju di Magetan dan Kediri.

Atau tiru cara pesantren Bina Insan Mulia (Bima) asuhan KH Imam Jazuli di Cirebon. Keinginan yang sama juga saya tawarkan ke pesantren grup ini di Randublatung, Blora.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Dalang: Anshor Laris

Di antara sekitar 120 madrasah di lingkungan Pesantren Sabilil Muttaqin, Pangandaran dan Randublatung termasuk sudah memenuhi syarat ditingkatkan lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya