Catatan Dahlan Iskan: I-baru CSIS

Catatan Dahlan Iskan: I-baru CSIS - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Makam itu hanya 13 km dari rumahnya di Klaten.  Di perpustakaan itu saya berpisah dengan Iwan Jaya Azis. Saya berjanji kalau ke Ithaca lagi akan mampir rumahnya.

Saya pun ke arah buku-buku yang dulu milik perpustakaan CSIS, yang dihibahkan ke U3I. Huruf 'I' di CSIS ternyata fleksibel sehingga nama CSIC bisa abadi. Dari Center for Strategic and International Studies menjadi Center for Strategic and Islamic Studies.

Dan ternyata tidak hanya perpustakaan CSIS yang pindah ke U3I. Juga seorang peneliti di sana: Philips Vermonte. Dr Philips sekarang menjabat dekan fakuktas ilmu sosiap S-2 U3I.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pedoman Stemcell

Prof Komaruddin Hidayat, rektor U3I, mengirim humor ke saya soal Philips Vermonte dan CSIS. Kisahnya terjadi saat CSIS berulang tahun ke 45 di tahun 2016.

Di acara besar itu, tokoh Banser yang kini jadi tokoh Golkar diminta memberi sambutan: Nusron Wahid.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Timnas Indonesia: Bibir Bengkak

Ia dianggap ''mewakili'' kalangan NU. "Waktu saya mau merantau ke Jakarta, saya pamit kiai," ujar Nusron seperti ditirukan Prof Komar.

Saat pamitan itu, sang kiai berpesan: di Jakarta nanti jangan ke CSIS. Alasannya, CSIS itu singkatan cina senang Indonesia susah. Seisi auditorium CSIS itu pun tertawa gemuruh.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Robin

Testimoni berikutnya dari Fajar Haq yang dianggap mewakili kalangan muda Muhammadiyah. Ia juga pamit kiai untuk pindah ke Jakarta. Pesan sang kiai sama, hanya beda singkatan: cina senang inlander susah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya