Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Gontor

Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Gontor - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Panji nekat ke Jakarta. Pun ketika tidak diberi uang oleh orang tua. Panji tahu cara dapat uang. Ia datang ke jaringan dagang ayahnya di Lamongan. Dagang hasil bumi.

Panji pun pinjam uang ke rekan dagang ayahnya itu. Senilai beras 1,5 kuintal. Ia tahu ayahnya pasti kirim hasil panen ke orang itu. Panji berterus terang: pinjaman itu sebagai siasat agar orang tuanya memberi uang untuk kuliah.

Sejak di Gontor, Panji sudah mendengar: begitu hebat IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta. IAIN Ciputat jadi buah bibir melebihi IAIN lainnya. Boleh dikata cita-cita santri Gontor umumnya ingin melanjutkan kuliah ke sana. Setidaknya ke IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Ibrani

Di UIN (sebelumnya IAIN) Ciputat itulah Panji bertemu banyak pemikir Islam. Terus berdiskusi dengan mereka. Ia ikut jadi aktivis. Ia jadi pengurus cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Ia ikut mengusung tokoh pembaruan pemikiran Islam Dr Nurcholish Madjid terpilih kembali menjadi  ketua umum HMI. Nurcholish, sebagaimana Bung Karno, Gus Dur, Cak Nun, dan pelawak terkenal Srimulat Asmuni, adalah orang Jombang.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Salmon

Ciputat sangat memengaruhi Panji. "Di Ciputat begitu banyak diskusi. Begitu banyak gagasan. Termasuk bagaimana harus membangun masa depan bangsa dan umat," ujar Syekh Panji di dalam mobil itu.

Maka dari gabungan Gontor dan Ciputat lahirlah ide Al-Zaytun. Ditambah dengan perjalanan hidupnya yang lebih 10 tahun di luar negeri.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: I-baru CSIS

Pondok besar, sekolah besar, universitas besar melahirkan gagasan besar. Juga tindakan besar. Terutama di tangan orang yang isi kepalanya besar. (Dahlan Iskan)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya