Catatan Dahlan Iskan: Suhu Besar

Catatan Dahlan Iskan: Suhu Besar - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Theravada lebih memegang teguh ajaran asli Buddha. Ulamanya disebut Bhante. Bila jalan kaki, Bhante tidak boleh pakai alas kaki. Soal makan, prinsipnya tidak boleh makan daging binatang. Tapi kalau sifatnya disuguhi boleh dimakan. Asal, tidak minta atau berkehendak.

Mahayana berkembang di Taiwan, Tiongkok, dan Jepang. Ulamanya dipanggil Suhu. Tidak boleh makan daging binatang. Pun ketika disuguhi. Ajarannya sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kondisi setempat.

Di Mahayana, wanita juga bisa menjadi suhu. Seperti di vihara Jalan Pasar Besar Surabaya itu. Suhunya wanita: Citta Wirya. Dia alumnus universitas Kristen HKBP Nommensen, Medan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Putri Cowell

Tantrayana berkembang di Tibet. Ulamanya disebut Lama. Boleh makan daging binatang. Di Tibet tumbuhan sulit hidup. Ajarannya lebih diwarnai politik.

Tiga-tiganya punya ajaran pokok: berbuat baik, menolong orang, tidak menyakiti orang lain, memiliki jiwa yang tenang.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pelangi Kesepian

Tiga-tiganya menyebar sampai ke Indonesia. Tapi yang terbanyak adalah Theravada dan Mahayana. Dua-duanya pun masih terpecah-pecah lagi ke sub aliran. Begitulah agama: termasuk juga Islam dan Kristen.

Vihara Mahayana di Medan itu, saking besarnya, disebut Mahavira. Tapi untuk Indonesia pusat Mahayananya ada di Vihara Jalan Lodan, dekat Ancol. Saya dua kali ke situ.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pelangi Mangga

Bicara dengan Suhu Besar Hui Siung asyik sekali. Terutama soal sejarah perkembangan agama Buddha. Pendapatnya berbeda dengan anggapan umum selama ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya