Catatan Dahlan Iskan: Buku Obor

Catatan Dahlan Iskan: Buku Obor - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Instagram/dahlaniskan19

GenPI.co - SAYA makan sop kaki kambing di pinggir Jalan Plaju, Jakarta. Di kaki lima. Waktu tolah-toleh terbaca papan nama: Penerbit Obor. Berarti di belakang sop kaki kambing ini lembaga yang menerbitkan buku saya: Teladan dari Tiongkok.

Saya melangkah ke kantor itu. Masih tutup. Saya ketuk pintunya. Saya intip ada setumpuk buku baru di dalamnya: buku saya itu. Maka kepada penjaga kantor saya memperkenalkan diri: si penulis buku. Lalu saya minta satu. Diberi dengan ragu.

Obor-lah yang punya ide. Berbagai tulisan saya tentang Tiongkok dijadikan satu. Agar bisa menjadi sebuah buku. Novi Basuki yang jadi editornya. Saya tidak keberatan. Jadilah. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Mobil Dinas

Buku itu diluncurkan kemarin. Di gedung Perkumpulan INTI (Indonesia Tionghoa), Kemayoran. Saya sudah punya bukunya sebelum secara resmi diserahkan ke penulisnya.

Tapi yang terpenting dalam acara itu bukanlah saya. Ada bintang baru dalam hubungan dengan Tiongkok. Namanya: Novi Basuki. Ia lulusan pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Ia lebih orang pesantren dibanding saya: selalu pakai kopiah. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Pengganti Jokowi: Tidak Menentu

Dan lagi Novi sekolah di Tiongkok: sejak S-1, S-2, sampai S-3. Disertasi doktornya ditulis dalam bahasa Mandarin.

Kini Novi redaktur Harian Disway. Ia, bersama Annie Wong, mengasuh rubrik Cheng Yu, pepatah Tiongkok yang sering terdiri dari empat kata itu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Koran Tua

Idenya lahir dari kenyataan sehari-hari: begitu banyak orang tua Tionghoa yang mengajarkan filsafat hidup ke anak mereka lewat cheng yu. Tapi kian lama kian redup. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya