Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo selaku pembicara di sesi CEO Climate Talks di Indonesia Pavilion mengatakan perubahan iklim adalah persoalan global.
Pasalnya, 1 ton emisi CO2 di Dubai akan menimbulkan dampak kerusakan yang sama dengan 1 ton emisi CO2 di Jakarta. Maka, satu-satunya cara untuk terus maju adalah melalui kolaborasi.
"Transisi energi sangat penting dilakukan Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini. Tujuannya, adalah untuk menyediakan energi yang ramah lingkungan dan terjangkau," jelasnya.
BACA JUGA: PLN Selesaikan Pembangunan Transmisi Listrik PLTA Jatigede
Menurut Darmawan, transisi energi melalui percepatan pengembangan energi terbarukan juga merupakan peluang untuk membangun kapasitas nasional, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan.
Dia mengatakan PLN telah merancang skema ARED untuk meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 480 gigawatt (GW) pada tahun 2060.
BACA JUGA: PLN Resmikan 21 Unit Green Hydrogen Plant, Bahan Bakar yang Ramah Lingkungan
Bahkan, dalam rencana penambahan kapasitas pembangkit PLN sampai tahun 2040, 75% akan berbasis EBT dan 25% berbasis pada gas.
ARED akan menjadi agregator utama PLN dalam melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan.
BACA JUGA: Terdepan Soal Transisi Energi, PLN Sabet 5 Penghargaan Bergengsi dari Enlit Asia
Inovasi ini dijalankan dari hulu hingga hilir, contohnya pembangunan Upper Cisokan pumped storage yang berkapasitas 1,040 MW dan PLTS Terapung Cirata yang berkapasitas 192 MWp di sektor pembangkitan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News