Catatan Dahlan Iskan: Perangko Lelap

Catatan Dahlan Iskan: Perangko Lelap - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Mungkin ini rute tradisional sejak kabilah-kabilah zaman onta.

Tentu saya sering melihat Google Map: sudah sampai di mana. Saya tahan mata ini untuk tidak tidur. Sebentar lagi saya akan menjadi sedikit orang Indonesia yang pernah melihat Wildlife Sanctuary. Namanya: Umm Al Ramth Wildlife Sanctuary.

Saya cari Wikipedia: sedikit sekali informasi tentang cagar alam di tengah padang pasir ini. Itulah cagar untuk melindungi binatang pengungsi. Khususnya burung yang menghindari wilayah dingin.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Loncatan Saud

Padahal, di peta, cagar itu luas sekali. Baik yang kiri maupun yang kanan jalan. Saya perkirakan setidaknya satu jam penuh bus akan melewati di tengahnya.

Sudah enam jam perjalanan bus dari Riyadh. Mungkin hanya empat jam kalau pakai mobil BYD. Bus berbelok ke restoran. Di pinggir jalan. Saya tidak ingin makan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Sirekap Pemilu: Angka Digital

Saya sudah bawa roti lebar di tas kresek. Tidak pula ingin ke toilet. Barusan ke toilet di dalam bus –di sebelah tangga turun nan curam di bagian tengah bus.

Penumpang di depan saya kembali naik bus. Ajak saya turun. Juga mengajak satu penumpang lagi. Untuk sama-sama masuk resto setengah lungset itu. Saya lihat gambar-gambar besar yang dipajang: serba makanan Arab. Atraktif.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tirai Keluarga

Yang mengajak saya itu orang Yaman. Tinggi, langsing, setengah baya, ganteng. Satunya lagi pendek, kecil, hitam, selalu bicara keras di HP. Ia orang Sudan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya