Catatan Dahlan Iskan: Gembira Bahagia

Catatan Dahlan Iskan: Gembira Bahagia - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Satu-satunya yang belum bisa diuraikan secara rinci, katanya, adalah soal kesadaran. Kalau soal datangnya emosi algoritma di otak sudah bisa diketahui. Pun soal perasaan. Dan khayalan. Yang dulu dianggap misteri sudah bisa jelas hitungan algoritmanya. 

"Tinggal soal perasaan saja yang belum diketahui secara rinci," katanya.

Karena itu kini juga sudah bisa dirinci perbedaan antara gembira dan bahagia. "Rasa gembira itu muncul ketika ada pihak lain yang menderita. MU mengalahkan Everton itu gembira," katanya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Aliran Sesat

Bisa beli mobil itu gembira karena banyak yang tidak mampu beli mobil. "Bahagia itu kegembiraan yang datang bukan karena ada pihak lain yang susah. Karena itu tingkat kebahagiaan orang Finlandia lebih tinggi," katanya.

Ryu cucu salah satu pendiri NU: ulama kelas langitan dari Jombang, KH Wahab Chasbullah. Masa kecil Ryu di Riyadh. Bahasa utamanya Arab. Ketika pindah ke Bagdad, Iraq, ia bisa bicara bahasa Parsi. Dan ketika pindah ke Lebanon ia mempelajari bahasa Ibrani.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Salat Diskon

Waktu kecil Ryu merasa terbuang dari lingkungan. Ia anak autis. Ia mengaku mulai ''dewasa'' ketika bisa 'tidak mengatakan semua yang ingin dikatakan'. Juga: ''bisa tidak melakukan semua yang ingin dilakukan''.

Anak autis selalu mengatakan apa pun yang ingin dikatakan. Juga melakukan apa pun yang ingin dilakukan. Karena itulah anak autis tidak bisa diterima oleh lingkungan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Perangko Lelap

"Untuk bisa bekerja secara tim ternyata orang harus bisa menyimpan sebagian yang sebenarnya ingin dikatakan," katanya pada saya di suatu ketika.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya