
Saya kembali wirang. Saya tidak tahu yang mana lagu Wilujeng itu. Padahal di rumah saya ada gamelan. Seminggu sekali istri saya berlatih gamelan bersama grup senam-dansa kami. Tahu saya hanya Kebo Giro dan beberapa yang sering muncul di pergelaran wayang kulit.
Di Wesleyan University memang punya pusat studi gamelan. Studi gamelan diberi satu gedung sendiri. Dua lantai.
Gamelan digelar di panggungnya. Permanen. Panggung besar. Gamelannya lengkap. Dua kali lebih lengkap dari yang di rumah saya. Belum lagi yang di lantai bawah. Satu set lagi. Hanya yang di lantai bawah inilah yang boleh dibawa tur ke berbagai kota.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Critical Parah
Ruang di depan panggung gamelan itu dibiarkan kosong. Tanpa kursi. Luasnya sekitar 32 x 32 meter. Bisa untuk latihan tari Jawa.
Kami berbincang sambil berdiri di lantai tari itu. Ethan tidak hanya sebagai mahasiswa S-3 di situ. Juga jadi asisten pengajar gamelan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tafsir Iqra
Dosen utamanya sendiri orang Blitar. Asal Trenggalek: Ignatius M. Harjito. Usianya sudah 80 tahun. Sudah lebih 40 tahun mengajar di Wesleyan.
Harjito masih sangat sehat. Lebih satu jam kami ngobrol sambil berdiri di situ. Nggak tampak ada masalah. Jalannya pun masih cepat. Udara dingin, bersih dan musik mungkin membuat orang bisa berumur lebih panjang dan tetap sehat. Mungkin di Indonesia kita perlu sering-sering berdiri di depan kulkas terbuka.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Medali Debat
Harjito alumnus ISI Solo. Angkatan pertama. Satu angkatan dengan Gendon Mardhani –adik kandung Mensesneg Sudjono Humardhani. Harjito termasuk pendiri ISI itu sendiri.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News