
Memang ada keterangan polisi: AI mencetak uang palsu antara lain untuk biaya ikut Pilkada. Rupanya AI ingin ”membeli suara” dengan uang palsu. Toh pemilih tidak sungguh-sungguh ingin memilihnya. Dan ia juga tidak sungguh-sungguh memberi uang beneran kepada mereka. Suara palsu dibeli dengan uang palsu.
Tapi tidak ada partai yang mau mengusung AI. Konon dari sinilah soal uang palsu itu mulai diketahui. Dana untuk pelicin partai ternyata palsu.
Tapi ada juga laporan masuk ke polisi: seseorang membayar cicilan sepeda motor dengan uang palsu. Jumlahnya Rp 500.000. Lima lembar kertas merah. Usut-punya-usut unjung uang palsu itu di perpustakaan UIN Alauddin.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Lukisan Aktivis
Lokasi persis pembuatannya adalah di lantai tiga gedung perpustakaan itu. Bagi Anda yang pernah ke UIN letak perpustakaan itu sendiri dekat fakultas Adab yang AI pernah jadi wakil dekannya.
Nama perpustakaan ini: Perpustakaan Maulana Syekh Yusuf, nama ulama terkemuka Makassar yang berdakwah sampai Afrika Selatan --wafat di sana.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Cambuk Illiza
Di lantai tiga perpustakaan itulah mesin cetak uang palsu itu dipasang. Di berita media disebutkan: mesin itu canggih sekali. Buatan Tiongkok. Seharga Rp 600 juta.
Setelah saya lihat fotonya, ternyata itu mesin cetak offset biasa. Bahkan bukan mesin yang mahal. Di dunia percetakan itu tergolong mesin murahan. Mereknya pun tidak terkenal sama sekali: GM. Serinya 25711NP-2S.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Dosen GPT
Itu juga bukan mesin yang lengkap. Kalau saya lihat fotonya, mesin itu hanya bisa untuk mencetak dua warna. Tidak cocok untuk mencetak yang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News