
Saya pun agak ngawur ketika membuat daftar itu. Aji mumpung. Baru pertama akan ke Amerika. Semua tempat yang terkenal ingin saya kunjungi. Yang di film-film itu. Mulai pantai timur, pantai barat, pedalaman, Disney World, New York, Washington DC, San Francisco, dan banyak lagi.
Tentu juga minta berkunjung ke kantor-kantor koran terkemuka: New York Times, Washington Post, Los Angeles Time, USA Today, CNN ....
Begitu melihat daftar itu, pejabat konsulat Amerika memberi tahu saya: setuju. Tapi waktunya harus satu bulan. Tidak cukup kalau dua minggu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Danantara 1.000 T
Ganti saya yang tidak mau. Di Amerika satu bulan terlalu lama. Ingin tapi tidak mau.
Saya lagi asyik-asyiknya membangun Jawa Pos. Saya tidak berani meninggalkan ''bayi'' saya lama-lama. Akhirnya terjadi kompromi: saya harus mengurangi daftar itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tangan Danantara
Tentu saya tahu Amerika itu negara besar. Saya dengar begitu. Tapi saya kan belum pernah melihat sendiri. Begitu sampai di Amerika saya tertegun: negara ini memang negara besar sekali. Makanya perlu satu bulan untuk menjangkau daftar yang saya inginkan.
Salah satu yang membuat saya heran: kok jarang ada mobil yang pintunya empat. Hampir semua mobil pintunya dua. Pun mobil-mobil sedan yang besar. Dan memang mobil-mobil di jalanan didominasi yang ukurannya besar-besar. Jarang ada mobil kecil. Memang masih sulit melihat mobil buatan Jepang –pelopor mobil kecil. Yang banyak mobil Amerika sendiri. Atau mobil Eropa.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tawar Dinas
Itulah masa-masa kejayaan Amerika. Rasanya Trump punya kenangan tersendiri atas masa-masa jaya itu. Kulit putih masih dominan di mana-mana. Bisnis minyak adalah sumber terbentuknya orang kaya dalam jumlah besar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News