
"Harapan kami konser bundengan ini bisa menjadi awal untuk mempopulerkan bundengan dengan cara yang berbeda. Mengingat banyak musisi yang terlibat dan kolaborasi dengan para seniman dari mancanegara. Selain itu, juga untuk memantapkan bundengan sebagai alat musik sekaligus ikon Wonosobo. Semoga tahun depan kita bisa mengadakan lagi," ungkapnya.
Ketua panitia, Luqmanul Chakim mengatakan, Konser Bundengan menjadi ajang untuk nguri-uri budaya Wonosobo dan persembahan yang belum pernah ada dengan konsep baru ala anak muda. Mulai dari ide hingga eksekusi ide digarap para seniman muda.
"Kami mencoba menampilkan bundengan sebagai alat musik tradisional dengan cara beda, kita eksplore sebebas-bebasnya. Ada teknologi mapping, bundengan EDM, dikolaborasi laat musik barat dan berbagai aliran musik. Konser ini unik karena sudah dihandel dengan konsep sinematik yang digabung dengan penampilan live nya,"kata Lukman yang adalah founder Woohoo Artspace yang juga penggiat Genasri dan GenPI Wonosobo itu.
Pada agenda Konser Bundengan juga dilakukan pemberian bantuan dan penghargaan. Di antaranya piagam penghargaan bagi pelestari Bundengan yang diberikan oleh Bupati Wonosobo Eko Purnomo kepada 4 penerima yaitu. Mereka adalah Almarhum Barnawi (perwakilan), Munir, Bohori dan Mahrumi.
Almarhum Barnawi merupakan sosok pelopor Bundhengan di Wonosobo. Sementara Munir adik Barnawi bersama Bohori kini menjadi penerus Sebagai Maestro Bundhengan Klasik. Sedangkan Mahrumi merupakan Maestro Pembuat Kowangan.
Sementara untuk Bantuan Teknologi Informasi diberikan oleh Bekraf untuk dua pihak penerima bantuan yaitu Sanggar Ngesti Laras dan Klaster Carica 'Klasika'.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News