Polemik “Zero Dollar Tour” Bali Berdampak Penurunan Serius

Polemik “Zero Dollar Tour” Bali Berdampak Penurunan Serius - GenPI.co

Menpar yang Mantan Dirut PT Telkom ini selalu menyebut, di sector Pariwisata, dia mengguakan prinsip: Industry lead government support. Bukan sebaliknya. Karena ada banyak hal yang pemerintah tidak boleh terlalu ikut campur di urusan bisnis. Pemerintah lebih menjaga regulasi, agar iklim usaha pariwisata semakin kondusif dan berkembang.  

Bagaimana dampak polemik yang sudah terlanjur viral, termasuk di media China itu? “Besar sekali. Hampir semua airlines berkeluh kesah ke saya, banyak cancel. Apalagi yang chartered flight, puluhan yang sudah cancel, batal terbang ke Bali. Banyak TA TO juga menyesalkan situasi menjadi seperti ini? Saya amati angka-angkanya, memang betul, dampaknya serius buat Bali,” ujar Arief Yahya.  

Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga. Sudah kena banyak Travel Advice (Travel Warning) dari banyak Negara, pasca gempa Lombok Sumbawa, gempa dan tsunami di Palu Donggala, liquifaksi di Sultra, gempa susulan di banyak daerah di tanah air. Kini ditimpa polemik negative yang viralnya menembus media di Tembok China. “Saya sudah berhitung, dampak gempa ini pasti lebih berat dari erupsi Gunung Agung Bali, September 2017 lalu,” kata Arief. 

Jika Gunung Agung berdampak 1 juta kunjungan, dalam masa 6 bulan, dari September 2017 sampai April 2018, maka gempa kali ini lebih dalam lagi. Diperkirakan juga sekitar 1 juta wisman. Ditambah polemik yang sudah meluas itu, akan semakin berat buat industri di sana. 

“Dari grafik angka kunjungan sangat jelas terlihat. Juli 2018 dan Agustus 2018 itu kita masih on track, masih on target. Juli tercapai 110%, Agustus 100,8%, rata-rata di atas 1,5 juta kunjungan per bulan. Tanggal 5 Agustus gempa di Rinjani, sampai harus mengevakuasi wisman Thailand dan Malaysia. Tanggal 19 Agustus 2018 gempa besar 7 SR, itulah yang menekan angka kunjungan di bulan September 2018,” jelas Arief Yahya. 

Angka kunjungan September 2018, langsung anjlok, hanya 1,35 juta, atau hanya tercapai 75% dari proyeksi. Sudah begitu, Bali dilanda isu yang tidak menyenangkan di pasar China yang sedang bertumbuh itu. Maka bulan Oktober 2018, diturun lebih drastis lagi. Dari 193 ribu di bulan Oktober 2018, diperkirakan tinggal 50%-nya saja di November 2018. 

Karena sudah menyentuh di angka kunjungan wisman Tiongkok, Menpar Arief Yahya pun ikut bersedih. Itu mengingatkan saat terjadi erupsi Gunung Agung September 2017 lalu. Pemerintah China mengeluarkan Travel Warning, dan Oktober, November, Desember, betul-betul kosong ke Bali. “Saya masih ingat, industry menjerit, lalu berkirim surat ke Pak Presiden Jokowi, agar membantu recovery Bali. Kita Ratas –Rapat Terbatas—di Bali, dan dipimpin langsung oleh Presiden,” cerita Arief Yahya. 

Peristiwa itu, baru setahun silam. Masih mudah diingat. Apa yang dilakukan Menpar Arief Yahya? Pertama, awal Januari 2018, Menpar Arief terbang ke Beijing melobi dan menjelaskan ke media bahwa Bali aman. Lalu business gathering dengan sekitar 400-an pelaku industri pariwisata Tiongkok, tour agent, tour operator, untuk kembali menjual paket wisata ke Bali, sampai-sampai dalam satu hari 9 meetings.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya