Prof Pitana Tak Ragu Komitmen Menpar Arief Soal Bali

Prof Pitana Tak Ragu Komitmen Menpar Arief Soal Bali - GenPI.co

Rencana besar ke depan, menjadikan Bali sebagai tourism hub, juga semakin kuat untuk Bali, Beyond Bali, dan Indonesia. Buka akses ke Bali, dari sanalah bisa terbang ke berbagai destinasi penting di tanah air, seperti Lombok, Labuan Bajo, Wakatobi, dan lainnya. Wajar jika di MarkPlus Conferemce 2018 di Ritz Carlton, SCBD lalu mendapat gelar The Best Minister of Tourism of ASEAN. Sebelumnya majalah TTG juga memberikan penghargaan sebagai The Best Ministry of Tourism Asia Pacific. 

Bagaimana dengan isu “zero dollar tour” yang sempat mengundang polemic “keras” di Bali? “Saya tahu persis, karena sayalah yang ditugasi Pek Menteri untuk membantu menuntaskan masalah dengan cara yang elegan, tidak gaduh, tidak berpolemik panjang di media,” ungkap Pitana. 

Ibarat mengambil ikannya, tanpa harus membuat keruh kolamnya. Kegaduhan, polemic, apalagi menggunakan term kata-kata yang tidak lazim di pariwisata sangat berpengaruh. “Seperti saya jelaskan, beliau itu detail dengan angka-angka. Beliau sangat cermat melihat war room. Mengapa ini turun, mengapa naik, mengapa stagnan? Semua dilihat konteksnya,” ungkap Prof Pit. 

Maklum, Menpar Arief Yahya memang orang digital, yang tidak mudah percaya dengan kata-kata kualitatif. Harus bisa diukur dan dikuantifikasi. “Beliau melihat sendiri, terjadi anomali penuruan di bulan November 2018, dan signifikan, sampai hampir 50%. Peristiwa paling dekat dengan situasi turun di Bali itu, dipicu oleh polemic berkepanjangan di Bali,” ungkap Pitana. 

Dia setuju, kegaduhan itu sangat berdampak pada kunjungan wisman Tiongkok. Salah satunya karena viral di media online dan media social di Negeri Tirai Bambu itu. Karena itu, beliau mengambil iniatif untuk meluruskan berita-berita negatif yang berantai di China. “Saya kira statemen beliau jelas, yang melanggar silakan ditertibkan. Yang tidak melanggar harus diberi kesempatan untuk menjalankan bisnisnya, fair,” ujarnya. 

Yang dijaga adalah, kunjungan wisman Tiongkok ke Bali dan Indonesia agar tetap tinggi dan terus menanjak. Devisa yang dibelanjakan wisman ke tanah air juga semakin besar, spending mereka juga besar. Dan, tentu industri pariwisata ikut panen menjelang akhir tahun. “Beliau sangat professional, mengutamakan yang utama, dan kaya strategi. Saya belajar banyak,” kata I Gde Pitana.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya