
"Untuk menikmati Jazz on the Move, pengunjung dapat leluasa memasuki acara tersebut tanpa dipungut biaya. Nanti juga bisa menikmati cuplikan pendek dari artis-artis yang akan tampil di JJF," terang Dewi.
Ketua Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty mengatakan, keberadaan Java Jazz yang telah menjadi salah satu festival musik jazz terbesar dunia turut mendukung Kemenpar dalam mendatangkan wisman ke tanah air.
“Penyelenggaraan Java Jazz 2019 telah menarik perhatian media maupun industri pariwisata di Asia khususnya. Menurut informasi, banyak penggemar musik jazz dari Asia dan Australia telah melakukan booking tour ke Jakarta khusus untuk menyaksikan festival ini,” katanya.
Esthy menambahkan, JFF yang masuk dalam CoE pariwisata nasional, menjadi salah satu event unggulan. Karena secara ini kontinyu diselenggarakan setiap tahun sejak 2005. Peminatnya terus meningkat terutama kalangan muda dan para penikmat musik jazz dari dalam negeri maupun mancanegara.
“Tahun ini kami mentargetkan 20 juta wisman dan 275 juta wisnus. Kami berharap event Java Jazz ini kembali berkontribusi dalam capaian terget tersebut,” kata Esthy.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi gelaran Java Jazz Festival 2019. Baginya, musik adalah bahasa universal yang efektif untuk menyampaikan pesan. Termasuk mentransfer pesan budaya dan promosi pariwisata sebuah negara.
"Java Jazz Festival ini brand-nya sudah mendunia. Jadi ini momentum yang tepat untuk mempromosikan pariwisata Indonesia," kata Menpar Arief Yahya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News