GenPI.co 
Pesisir Pantai Popayato Kabupaten Pohuwato semakin cantik dengan jejeran bibit mangrove yang baru ditanam. Tanaman baru ini menjadi bagian dari 124 hektar hutan mangrove yang dikelola masyarakat Bajau serumpun. Ini akan menguatkan hutan ini sebagai kawasan konservasi yang juga berfungsi sebagai lokasi wisata di Popayato.
Penanaman ini dilakukan oleh Jaring Advokasi Sumber Daya Alam (Japesda) bersama tim Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa dan Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo). Direktur Japesda, Nurain Lapolo menjelaskan penanaman mangrove di Torosiaje merupakan kegiatan kesekian kalinya yang digelar oleh Japesda dan menjadi kegiatan rutin bersama organisasi mitra di. Selama ini, Torosiaje merupakan desa yang mendapat pendampingan konservasi wilayah pesisir dari Japesda.
Baca juga: Melihat Wisata Mangrove yang Dikelola Emak-emak
Mangrove di Popayato telah menjadi daya tarik wisata selain perkampungan Suku Bajau. Hutan mangrove yang dikelola warga acap dikunjungi wisatawan dengan beragam kepentingan, ada yang melakukan riset, pemotretan, hingga tour di dalam kawasan mangrove. “Ini merupakan bagian pemulihan ekosistem di Torosiaje “ kata Nurain Lapolo.
Ia pun berharap berbagai kegiatan pemulihan ekosistem wilayah pesisir itu dapat terus dijaga oleh masyarakat Torosiaje. “Karena manfaatnya nanti, warga Torosiaje sendiri yang akan merasakannya “ imbuhnya.
Beberapa desa di Kecamatan Popayato bersepakat mempertahan mangrove sebagai kawasan inti untuk mendukung konservasi, juga berfungsi sebagai bagian dari pelestarian dan habitat ikan. Pekerjaan masyarakat Torosiaje dan desa-desa di sekitarnya merupakan nelayan yang mengandalkan hidupnya dari hasil tangkap.
Perkembangan dunia pariwisata telah menambah deretan manfaat hutan mangrove ini, hasilnya adalah masyarakat sering menerima jasa mengantar tamu dengan perahu tradisional mereka, jasa memandu, kuliner dan penginapan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
