Burung Elang Flores Terancam Punah

Burung Elang Flores Terancam Punah - GenPI.co
Burung Elang Flores. (ist)

Indonesia, tak hanya terkenal memiliki kekayaan alam dan budaya saja, tapi juga memiliki tempat bertumbuhnya dan hidupnya flora dan fauna yang berbagai macam jenisnya, mulai dari spesies yang langka hingga hanya satu- satunnya ada di Indonesia. Salah satunya Burung Elang Flores yang kini terancam punah.

Elang flores yang memiliki nama latin Nisaetus floris, adalah salah satu jenis elang yang memiliki ukuran besar, hingga 71-82 centimeter. Walau namanya Elang Flores si pemangsa ini tak hanya berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara, tapi dapat di jumpai sekitar Pulau Lombok, Sumbawa, pulau Satonda dan juga Rinca.

Seperti burung berukuran besar lainnya, burung ini dapat di temui di kawasan hutan daratan yang rendah, memiliki ketinggian hingga 1.000 meter di atas permukaan laut. Agar lebih mudah berburu mangsanya dengan cara menerkam dengan jarak yang tidak terlalu tinggi. Burung ini biasa memakan burung, kadal, ular dan mamalia kecil lainnya.

Karena perburuan akan fauna ini cukup tinggi, populasi dari hewan tersebut di perkirakan 100 hingga 240 ekor saja, jumlah yang terus menurun berdasarkan survey Badan Konservasi Dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature) menetapkannya sebagai jenis Kritis (Critically Endangered/CR), seperti dikutip dari www.mongabay.co.id.

Burung Flores memiliki bentuk yang sama mirip dengan Elang Brontok, dengan bulu berwarna putih dari kepala hingga lehernya dan warna coklat dengan garis putih pada ujung bulu sayapnya. Tak jarang juga burung ini memperlihatkan mahkota di atas kepalanya dikala bertengger diatas ranting pohon. Biasanya Burung Flores ini memiliki musim kawin pada bulan Juni-Juli.

Pemangsaan burung ini pun semakin marak, salah satunya dari masyarakat yang cukup resak karena unggasnya atau ayam peliharanya yang dimakan oleh Burung Flores tersebut yang dianggap hama. Tak hanya itu menurut informasi yang dimuat Taman Nasional Gunung Rinjani mengalami kepunahan karena perburuan liar, kebakaran hutan dan penebangan pohon dengan jumlah besar yang menyebabkan burung ini kehilangan habitatnya yang tersisa hanya 36,1 hektare pada tahun 2018 di seksi Pengelolaan Wilayah II Kabupaten Lombok Timur.


Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya