
Di samping melihat Spanyol, Menpar juga menengok pengalaman Malaysia. Negara tetangga sekaligus pesaing terdekat Indonesia ini rupanya juga telah menerapkan konsep Tourism 4.0 yang diluncurkan awal tahun lalu. Inisiatif ini dinamai Smart Tourism 4.0 yang menggandeng raksasa digital Cina Tencent Holding sebagai partner teknologi.
"Inisiatif ini merupakan milestone pertama dari roadmap sektor pariwisata Malaysia selama 10 tahun ke depan. Di sini Tencent akan membantu Malaysia membangun ekosistem digital di berbagai destinasi wisatanya untuk menarik turis inbound dari Cina," ujarnya.
Inisiatif ini diarahkan untuk menarik segmen millennial travellers yang tumbuh pesat dan nilai devisanya amat besar. Millennial travellers adalah segmen yang tech-savvy sehingga pas jika diberi sentuhan teknologi 4.0. Malaysia berambisi akan menarik wisman hingga empat kali lipat dari sekitar USD25 miliar saat ini menjadi USD110 miliar di tahun 2030.
Bagaimana dengan Indonesia?
Menpar melihat urgensi Tourism 4.0 di Indonesia dari perspektif konsumen yaitu kenyataan perilaku konsumen yang sudah sangat digital dan semakin dominannya millennial travellers dalam komposisi wisman yang datang.
"Sekitar 70% travellers itu search dan share-nya sudah melalui digital. Lebih dari 50% inbound travellers kita adalah milenial yang digital savvy. Mereka adalah segmen yang penting karena tak hanya ukuran pasarnya besar dan terus bertumbuh tapi juga influencing power-nya luar biasa (“Big and Loud”)," paparnya.
Karena itu agar menjadi lebih riil, Menpar kembali menegaskan Tourism 4.0 adalah pariwisata untuk milenial (millennial tourism) yang memang seluruh aspeknya hidupnya sudah tergantung pada digital. Intinya, milenial menuntut adanya digital experience dari setiap titik di dalam consumer journey mereka.
Traveller journey ala milenial (sebut saja Traveller Journey 4.0) dalam berwisata mulai dari inspirasi (mendapat ide berlibur), melakukan riset dan perencanaan liburan, mem-booking pesawat dan hotel, berada di airport, sampai di destinasi dan menikmatinya, hingga setelah liburan selesai.
Di situ terlihat betapa teknologi 4.0 bisa mempermudah dan memperkaya experience di setiap touch point sehingga secara keseluruhan bisa meningkatkan value berlibur secara dramatis.
"Karena itu mau tak mau kita harus membangun ekosistem pariwisata dimana digital experience harus hadir di setiap titik dalam traveller journey. Untuk mewujudkannya memang kita akan membangun platform dan infrastruktur teknologi 4.0. Namun inisiatif ini membutuhkan biaya yang amat besar dan perencanaan jangka panjang yang matang, karena itu kita harus melakukannya dengan bertahap," kata Menpar Arief Yahya.
Untuk mewujudkan Tourism 4.0, Menpar memulainya bukan dari membangun infrastruktur teknologinya (“hard aspect”) dulu karena memang investasinya mahal dan bersifat jangka panjang. Tapi justru dari SDM (“soft aspect”). Itu sebabnya Rakornas I tahun 2019 sengaja mengambil tema pengembangan SDM pariwisata untuk menyongsong era Tourism 4.0.
"Saya berharap melalui Rakornas I ini kita memiliki roadmap langkah-langkah yang harus kita jalankan untuk membangun SDM 4.0 mulai dari mapping dan pengembangan kompetensi digital 4.0. Yaitu mengembangkan digital talent 4.0 di seluruh ekosistem industri pariwisata, digital literacy 4.0 untuk masyarakat luas dan pelaku UKM, link & match 4.0 di industri pariwisata, hingga menumbuhkan startup 4.0 di industri pariwisata," pungkasnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News