
Aku yang sama sekali tidak pernah naik gunung, jujur merasa terksiksa dengan rute yang ada. Bahkan indahnya alam tidak membuat aku bisa bernafas normal.
Setiap pos pemberentian aku syukurin dengan perasaan mengeluh karena kelelahan. Bahkan, ketika sudah berada di pos 6 Sanghyang rasanya ingin aku turun kembali saja.
Namun, Angkasa selalu menahanku dan memegang kuat tanganku, katanya aku pasti bisa menyelesaikan ini semua.
BACA JUGA: Terpaksa Dilayani Menantu Saat Istri Pergi Dinas
Setelah beristirahat di pos terakhir, kami kembali melakukan perjalanan bersama. Suhu gunung yang mulai terasa dingin membuat aku terus mengigil, hingga sampai di puncaknya.
Begitu sampai di puncak, aku melepaskan tas ranselku dan merebahkan tubuh di tanah yang cenderung basah. Rasanya aku tidak peduli lagi badanku akan kotor, akhirnya aku bisa sampai puncak dan melawan diriku sendiri.
BACA JUGA: Aku Pasrah Rahasiaku Dibongkar Bapak Mertua
"Akhirnya bisa naik gunung sama kamu, sayang," ucap Angkasa, sambil memeluk dan mencium keningku.
"Iya, mau mati rasanya," balasku.
BACA JUGA: Trauma Ditinggal Istri, Ayah Mertua Hobi Main di Belakang
"Iya, mati bersamaku di sini, sayang. Kecapean dan kedinginan, ya, sayang?, Sini aku peluk sampai kamu merasa mendingan," katanya berbisik di telingaku.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News