"Oh, iya, lupa gue lu, kan, ngga usah deh gue ajak yang lain aja, sorry ya," katanya.
Meski temanku mungkin tidak sengaja melontarkan kalimat itu, hatiku terasa sangat sakit. Tidak jarang aku berniat untuk mengakhiri hidup lantaran malu.
Kalau bukan karena memikirkan perasaan kedua orang tuaku, aku pasti sudah melakukan hal tersebut sejak lama.
BACA JUGA: Puluhan Tahun Berteman, Kami Akhirnya Mengikat Janji Suci Selamanya
Hati kecilku selalu mempertanyakan, apa suatu hari nanti akan ada pria yang bisa menerima kondisiku apa adanya.
Pasalnya, beberapa kali aku menjalin hubungan dengan seorang pria, tak lama kemudian mereka menjauh secara perlahan setelah aku mengungkap kondisiku yang sebenarnya.
BACA JUGA: Gagal Juara Turnamen, Pacarku Pindah ke Lain Hati
Hidupku gelap. Aku merasa tidak mendapatkan cinta yang tulus selain dari kedua orang tuaku. Perasaan tertekan selalu menghantui aku setiap kali membuka mata.
Semua ini bagaikan mimpi buruk yang tidak pernah ada ujungnya. Aku tidak pernah berharap dilahirkan dengan kondisi seperti ini. (*)
BACA JUGA: Berharap Sahabat Jadi Cinta, Ternyata Hanya Sekadar Angan
Simak video berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News