
Kinerja surplus pada nilai ekspor tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas unggulan saat ini seperti harga CPO sebesar 1.682,7 USD/MT atau tumbuh 56,09 persen (yoy).
Batubara sebesar 302,0 USD/MT atau tumbuh 238,83 persen (yoy), dan Nikel sebesar 33.132,7 USD/MT atau tumbuh 100,55 persen (yoy).
Selain itu tingginya dominasi sektor industri pada kegiatan ekspor yang mencapai 69,86 persen juga menjadi stimulus dalam peningkatan nilai surplus.
BACA JUGA: Pengamat Apresiasi Airlangga, Bentuk Koalisi Indonesia Bersatu
Hal ini karena kinerja ekspor akan mengarah pada basis komoditas-komoditas dengan nilai tambah yang terus bertumbuh.
Selain itu, program hilirisasi yang diterapkan Pemerintah untuk mendorong nilai tambah komoditas di tengah harga yang kian meningkat juga memiliki andil dalam tumbuhnya kinerja ekspor saat ini.
BACA JUGA: Tampilan Suzuki Ertiga Makin Kekar, Pakai Mesin hybrid
Hal ini dapat terlihat dari aktivitas manufaktur yang terus berada di level ekspansif dengan angka Purchasing Managers’ Index (PMI) April 2022 di level 51,9 naik dari posisi bulan sebelumnya di level 51,3.
Adanya kenaikan tersebut membawa nilai PMI Indonesia berada diatas level PMI negara ASEAN lainnya seperti Vietnam (51,7), Malaysia (51,6) dan Myanmar (50,4).
BACA JUGA: Siti Zuhro Memprediksi Pilpres 2024 ada 3 Pasangan Capres
“Pemerintah akan terus meningkatkan nilai ekspor Indonesia melalui berbagai upaya. Seperti di Forum G-20 akan dioptimalkan untuk menggali potensi kerja sama perdagangan dengan berbagai negara,” ungkap Airlangga. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News