Pada tahun 2017, Forbes pernah menurunkan artikel yang membeberkan kasus-kasus dimana Whatsapp memberikan data pengguna kepada pemerintah. Sementara The Guardian menurunkan artikel mengenai fitur pada Whatsapp yang berpotensi disalahgunakan oleh penegak hukum atau peretas. Semua kejadian ini dimana Whatsapp diminta secara paksa untuk membagikan data mereka adalah diluar kejadian kebocoran pada algoritma pemograman (backdoor) Whatsapp yang lemah dan bisa dimanfaatkan oleh peretas. Kesimpulannya, data pengguna Whatsapp bisa diakses baik secara legal maupun illegal.
Pavel Durov sendiri adalah orang Rusia yang mengasigkan diri dari negaranya untuk alasan keselamatan. Itu dilakukan setelah pemerintah Rusia menekannya untuk membuka data dan menutup akun-akun Vkontakte yang dianggap melawan pemerintah Rusia. Durov kini hidup sebagai nomad. Setelah menjual seluruh kepemilikannya di Vkontakte, sebuah media sosial ala Facebook yang kepopulerannya di Eropa Timur telah mengalahkan Facebook.
Berdasarkan pengalamannya di Rusia, Durov mendirikan aplikasi percakapan Telegram pada tahun 2013. Telegram dirancang sebagai aplikasi percakapan bagi mereka yang mencari keamanan dan kemudahan dalam berkomunikasi. Telegram mendapat sambutan positif dari pengamat teknologi dan dianggap sebagai aplikasi percakapan yang paling aman sampai saat ini.
Uniknya, beberapa fitur Telegram telah ditiru oleh Whatsapp. Di antaranya fitur replies, mentions, masuk grup melalui tautan, pinned chat, dan dukungan pdf.
Nonton juga video berikut
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News