GenPI.co 
GenPI.co - Organisasi kesehatan Dunia (WHO) mencatat 15% anak remaja di negara berkembang berpikiran untuk bunuh diri. Mereka dari golongan kelompok anak usia 15-19 tahun.
Pada momen Hari Kesehatan Mental Sedunia tanggal 10 OKtober, para orang tua diingatkan untuk lebih jeli terhadap gejala-gejala psikis yang sering tak terlihat pada anak.
“Tidak seperti gangguan kesehatan lainnya, tanda-tanda gangguan kesehatan mental, terlebih pada anak, cenderung sulit untuk dilihat," ujar Annelia Melihat fakta itu, psikolog anak, Annelia Sari Sani, S.Ps kepada GenPI.co belum lama ini.
BACA JUGA: Untuk Bunda, Pakai 3 Bahan Alami Obati Diare si Kecil Tanpa Obat
Menurut Annelia, gangguan mental pada usia anak hingga remaja dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka termasuk menyebabkan masalah pada perilaku, gangguan emosional dan sosial.
Sementara itu Asaelia Aleeza, Co-founder Ubah Stigma, sebuah komunitas peduli kesehatan mental menjelaskan masih banyak stigma negatif yang kerap diterima oleh penderita gangguan mental di Indonesia.
BACA JUGA: Asupan Gizi Kurang, Banyak Anak Indonesia yang Stunting
“Saat kami berinteraksi dengan anak muda yang mengalami gangguan mental, stigma yang paling sering ditemui adalah rasa malu dan bingung. Mereka malu mengakui bahwa memiliki gejala-gejala gangguan mental." jelasnya.
Oleh karena itu, Asaelia percaya bahwa dengan membuka komunikasi dua arah secara lebih intensif dengan orang tua, maka penanganan gangguan kesehatan mental dapat dilakukan sejak dini.
BACA JUGA: KemenPPPA Targetkan Penurunan Stunting Jadi 14 Persen di 2024
"Pemanfaatan telemedicine juga menjadi salah satu solusi deteksi dan konsultasi gangguan mental pada anak secara lebih mudah, aman, dan terjangkau dengan privasi yang tetap terjaga," tandasnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
