GenPI.co 
Sejak saat itu, Asep terus membuat layang layang berbagai rupa. Inspirasinya tentu saja sang ayah. Di bawah bimbingannya, Asep semakin lihai dalam menciptakan layang-layang. Dari sekedar hanya hobi, Asep kemudian memutuskan untuk mengikuti jejak sang ayah menjadi pengrajin layang layang.
“Dulu waktu ayah saya masih ada, kami biasa bekerja berdua. Saya yang rakit, beliau yang membantu melukis sehingga layang layang yang dihasilkan semakin unik,” Asep menuturkan.
Namun setelah Lili Sunarya menghadap Ilahi, Asep harus berusaha sendiri. Ia melanjutkan usaha membuat layang layang tersebut hingga terus berkembang. Sampai pada tahun 1994, ia bisa menggaji empat orang karyawan untuk membantunya.
Di dalam dunia layang layang, nama Asep Irawan tak kalah beken dibanding ayahnya Lili Sunarya. Sepanjang tahun 1994 hingga 2005, sudah banyak piala yang ia borong karena layang layangnya. Dalam setiap kompetisi yang diikuti, Asep seolah jadi langganan dalam memenangi kategori layangan tradisional, kreasi dan kendali.
Pada tahun 2006, ia dipanggil oleh Endang Ernawati, pemilik Museum Layang Layang Indonesia. Asep kemudian dipercaya menjadi pengrajin sekaligus pemandu untuk pengunjung yang datang ke museum itu.
Kecintaannya terhadap layang layang membuat pria itu telah melanglang buana kemana-mana. Bukan hanya dalam negeri, tetapi juga ke negara lain. “Saya sudah pergi ke Singapura, Malaysia, Thailand, India, Turki dan Prancis hanya sekedar untuk menerbangkan layang-layang,” katanya.
Dibalik semua prestasinya, Asep selalu menjadi orang yang rendah hati. Ia tak segan membagi ilmu yang dimilikinya kepada yang lain. Ada rasa syukur pula dalam dirinya dipercaya menjadi pemandu di Museum Layang Layang Indonesia. “Pekerjaan apapun ketika kita jalani dengan jujur, Insyaallah berkah, tutupnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
