Dear Diary

Cinta Mereka Kandas di Terminal Bandara

Cinta Mereka Kandas di Terminal Bandara - GenPI.co
cinta yang kandas di terminal bandara. (Elements Envato)

Keduanya kini sudah menutup mulut masing-masing. Sementara itu, diriku yang dalam posisi duduk dan pura-pura menatap layar ponsel telah terseret dalam arus konflik keduanya yang entah apa.

Ini perkiraanku. Kedua orang itu adalah pasangan suami istri. Mereka memiliki buah hati yang bernama Dini.

Alih-alih menikmati masa bahagia akan kehadiran buah hati yang sedang lucu-lucunya itu, perkawinan keduanya malah di ambang perpisahan.

Sang suami tak ingin cerai sekarang, karena anak mereka masih kecil. Namun, istrinya kukuh ingin segera pisah dan bahkan menyerahkan anaknya yang masih kecil itu dalam pengasuhan sang suami.

Terkait hal terkahir aku sempat menyumpah perempuan itu. Ibu macam apa dia? Sudah pasti ada laki-laki lain.

“Semua nggak bakal seperti ini kalau kamu nggak gitu, Mas,” perempuan itu kembali bicara. Suaranya kini terdengar lirih menahan tangis.

Pikiranku seketika buyar dan dengan cepat mengatur posisi radar agar bisa mendengar lebih jelas. Sebab, sepertinya ada fakta baru yang bakal keluar.

“Yang bikin aku kecewa banget, kenapa kamu mau aja waktu aku minta kita menikah. Bahkan kamu yang berinisiatif datang ke panti asuhan untuk mengambil Dini. Ternyata itu semua hanya untuk nutupin kebohongan kamu, mas,” lanjut perempuan itu.

Keningku sampai mengerenyitkan untuk memgumpulkan potongan-potongan kisah kedua oran ini.. Kebohongan? Panti Asuhan?

“Dek..”  suara ang lelaki terdengar lemah sekali.

“Nggak, Mas. Pilihannya adalah mengembalikan Dini ke panti asuhan. Kalaupun malu, malu sekalian, deh! Mau bagaimana lagi. Aku nggak bisa mengasuhnya seorang diri. Tidak dengan keadaan seperti ini,” jawab perempuan itu.

Setiap kata yang keluar dari mulutnya mengguratkan rasa sakit hati yang amat sangat.

“Kita bisa mulai lagi dari awal..”

“Ya, mulai... tetap dengan si Galih itu  berada di antara kita?” Sang perempuan bertanya dengan marah.

Galih? Seperti nama seorang lelaki, pikirku. Oh ya ampun. Segalanya mulai tampak jelas sekarang. Si pengkhianat bukanlah perempuan itu.  

Sang laki-laki lah yang menghancurkan perkawinan mereka dengan orang ketiga yang adalah laki-laki juga!

Suara dari interkom kembali berkumandang, membuat pikirinku seketika buyar karenanya. Pesawat yang kami tunggu sudah bisa dimasuki.

Pasangan suami istri yang berada di ambang perceraian itu beranjak dari tempat duduk mereka. Begitu juga diriku dan sekalian orang di terminal.

Aku terus mengawasi pasangan itu. Mereka memasuki kabin pesawat dan tujuannya sama dengan diriku. Menuju kota Y. (*)

Tonton Video viral berikut:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya