Dear Diary

Cinta Mereka Kandas di Terminal Bandara

Cinta Mereka Kandas di Terminal Bandara - GenPI.co
cinta yang kandas di terminal bandara. (Elements Envato)

Meski diucapkan dengan pelan, suara perempuan itu bisa kudengar jelas. Sebuah kalimat yang sebenarnya tidak ada artinya bagiku.

Namun, jujur telingaku mulai dalam posisi siaga untuk mendengar deretan kata-kata selanjutnya. Sepi sesaat.

Sementara itu, satu dua orang mulai datang dan mengisi kursi-kursi di ruangan yang sebagian besar dindingnya terbuat dari kaca itu. Hamparan landasan pesawat terlihat dengan jelas dari dalam sini.

“Nggak ada pilihan lain, kah?”

Kembali suara terdengar dari deret depan. Kali ini sang laki-laki yang berbicara. Suanya sedikit bergetar, seperti menahan sesuatu.

“Nggak!” jawab si perempuan dengan nada yang ketus.

Aku kembali mengalihkan pandanganku dari layar ponsel, menelisik kedua pasangan itu dari belakang. Dari observasi singkat itu, tampak keduanya masih muda, mungkin tidak lebih dari 35-an tahun. Dari pakaian yang dikenakan, mereka ini masuk kelas menengah ke atas.

Aku lekas-lekas menundukkan kepalaku lagi ketika si perempuan memalingkan kepala, sambil memeriksa tas ransel yang berada di diletakkan di sisi sebelah kirinya.

“Gini deh, Mas. Si Dini ikut sama kamu aja. Dari kemarin kamu yang mau begitu kan. Aku nggak mau apa-apa lagi,” ujar perempuan itu.

Tanpa sadar aku telah memulai sebuah permainan teka-teki di kepalaku berdasarkan rentetan kalimat yang keluar dari  mulit kedua orang itu.

Tampilan layar ponsel sudah tidak menarik lagi. Sebab, pertunjukan kenyataan hidup tepat di depanku jauh menarik atensi.

“Dini masih kecil, dek. Masih 1 tahun. Kamu nggak bisa tunggu sedikit saja sampai umurnya 2 atau 3 tahun?”  Sang lelaki bertanya dengan suara memelas.

“Nggak bisa, nggak bisa. Pokoknya nggak bisa. Kau udah nggak bisa. Bisa gila aku kalau harus nunggu selama ini. Denger, Mas, Dini juga nggak dekat-dekat amat sama aku. Makanya kamu aja yang jaga.”

“Tapi kamu ibunya…”

“Bukan... ” perempuan itu bertahan.

“Tega kamu, Dek!”

‘Udah deh, Mas. Jangan mulai deh, aku nggak mau kita teriak-teriak di sini,” ucapan sang perempuan menutup debat mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya