
"Kita tadi ketemuan sebentar aja beib," ucap Airin sambil membenarkan posisi duduknya.
Temanku satu ini memang suka memanggil siapa saja dengan sebutan 'beib'. Mungkin itu bagian dari rintihan hatinya yang sampai sekarang menjomlo dan masih berjibaku untuk menemukan pasangan hidup. Entahlah.
"Kita duduk sebentar di cafe itu, belum pesan makanan atau minuman apa-apa. Kemudian si Rendi pe'a itu izin ke toilet. Sampai setengah jam gue tungguin dia nggak balik-balik, beib. Ternyata dia kabur! Anj#ng banget nggak sih!"
Mendengar cerita Airin, aku ingin tertawa sekeras-kerasnya. Tapi mengingat dia itu temanku, yang sedang kacau balau perasaannya, kutahan kuat-kuat luapan perasaan konyol itu.
"Udah, ketawa aja nggak apa-apa," kata Airin lantaran melihat wajahku memerah lantaran menahan tawa.
"Kok bisa.. " cuma itu yang bisa kukatakan sebelum tawa seketika menyeruak karena tak bisa kupendam lagi.
Airin cemberut sambil memainkan ponselnya, lalu mengambil jus jeruk di hadapannya dan menghabiskannya dengan sekali tenggak.
"Padahal waktu chatting si pe'a itu manis banget. Pinter banget ngerayu! Nggak tahu udah berapa ratus ribu aku habisin buat beliin dia paket data," ujar Airin yang tentu saja disambut tawaku yang semakin keras.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News