Dear Diary

Ratni Mempertahankan Kehormatannya

Ratni Mempertahankan Kehormatannya - GenPI.co
Ilustrasi. (Foto: Elements Envato)

GenPI.co - Celana dalam Ratni sudah sampai di lutut ketika kesempatan itu datang. Sementara pria yang berlutut di atasnya berupaya melepas sabuk dan kancing celana jeansnya, Ratni menghentakkan kaki sekuat-kuatnya ke bagian sensitif sosok yang menggagahinya itu. 

Sang pria seketika terjengkang ke belakang. Wajahnya meringis menahan sakit lantaran kejantanannya itu dihajar sedemikian rupa. 

Ratni segera bangkit, menarik celananya yang melorot lalu merapikan roknya. Ia memicingkan mata, melihat pria itu masih mengaduh kesakitan di tanah sembari memegang barangnya. Ratmi begitu ketakutan dengan peristiwa yang sedang terjadi. 

Ia ingin segera meninggalkan tempat itu, namun matanya terpaku pada  batu yang teronggok di bawah sebatang pohon. Ia diam sebentar, lalu mengangkat batu itu dengan sisa-sia tenaganya. Digotongnya batu itu ke arah pria yang tengah berbaring menggulung di tanah. Pria itu kaget melihat Ratni mendekat, ia ngeri melihat sorot mata penuh dendam dari perempuan itu. 

"Jangan.. " Begitu ucapan terakhir dari mulut pria itu sebelum kesadarannya hilang lantaran batu dengan berat 30-an kilo menghantam batok kepalanya. 

Sementara sang pria kelonjotan meregang nyawa, Ratni berlari sekuat tenaga melintasi pohon-pohon karet yang berjejer rapi di kawasan itu. Ada rasa puas menyeruak dari dalam jiwanya. Rasakan itu laki-laki biadab, batinnya. 

BACA JUGA: Njir! Kok Beda Banget Sama yang di Foto?

Itu adalah kejadian 3 tahun lalu. Namun Ratni masih ingat setiap detail peristiwa itu. Saat di mana kehormatannya hampir direnggut paksa oleh pria yang ia anggap teman. Hendy, demikian nama pria yang sudah almarhum itu, bukan orang asing bagi Ratni. Ia adalah anak lurah di desa tempat Ratni dan keluarganya tinggal. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya