Dear Diary

Sebuah Penantian yang Tidak Sia-Sia

Sebuah Penantian yang Tidak Sia-Sia - GenPI.co
ilustrasi pria dan wanita di sofa. Foto: Elementsenvato

Aku menemuinya ditemani oleh temanku. Dari kejauhan aku sudah melihat punggung lelaki itu. 

Lelaki dengan balutan kemeja bermotif kotak-kotak hitam sedang berbincang-bincang dengan temannya di salah satu tempat favorit para mahasiswa jurusan elektro, yaitu Kantin Elektro.

Makin aku mendekatinya, jantung terasa berdebar sangat cepat. Tidak mengerti apa yang sedang aku rasakan saat itu.

Jantungku makin berdebar cepat seperti dikejar-kejar hantu. Tanganku berkeringat dingin saat menyapanya untuk pertama kali.

Saat dia membalas sapaanku, entah kenapa aku merasa seperti batu. Hatiku berdebar kencang saat mendengar suaranya.

Bagiku terasa aneh karena tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Selama wawancara aku hanya sedikit bertanya, melainkan temanku yang banyak bertanya saat itu.

Padahal itu adalah tugasku. Aku tidak bisa mengatasi detak jantungku yang terus berdebar saat berhadapan dengannya.

Di pikiranku hanya ingin segera kembali ke kelas saja. Wawancara pun telah selesai. Aku dan temanku bergegas kembali ke kelas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya