Yuk, Intip Sejarah Stadion Utama Gelora Bung Karno

Yuk, Intip Sejarah Stadion Utama Gelora Bung Karno - GenPI.co
Stadion Utama Gelora Bung Karno tampak terlihat megah setelah direnovasi untuk perhelatan Asian Games tahun lalu.

Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) merupakan sebuah komplek olahraga. Umumnya, tempat ini digunakan sebagai arena pertandingan sepak bola dan pernah dipakai sebagai tuan rumah ajang bergengsi tingkat Asia yakni Asian Games 2018 lalu. Stadion yang dinamakam Gelora Bung Karno ini dibuat sebagai penghormatan bagi presiden pertama Republik Indonesia, Ir.Soekarno dan juga sebagai pencetus kompleks olahraga ini.

Kala itu, ketika Soekarno mengunjungi Uni Soviet dalam kunjungan kenergaraannya,  beliau begitu terkesima dengan Stadion Luzhniki, Moskow. Setalah itu Soekarno langsung mengajukan pinjaman dana untuk segera membangun stadion di Indonesia dan langsung disetujui Uni Soviet yang saat ini dikenal sebagai Rusia, walaupun awalnya Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev terkaget akan alasan Presiden RI untuk membangun sebuah gelanggang olahraga tersebut.

"Ini merupakan stadion terhebat di seluruh dunia, milik bangsa Indonesia. Saya sudah berkeliling dunia, sudah melihat stadion Rio de Janeiro, sudah melihat stadion di Warsawa, sudah melihat stadion di Meksiko, sudah melihat stadion di negeri-negeri lain. wah, Stadion Utama Jakarta adalah stadion terhebat di seluruh dunia," kata Soekarno, dalam pidatonya yang dikutip dalam buku Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno (2004).

Total dana sebesar 12,5 juta dolar AS diberikan Soviet untuk membangun sebuah kompleks olahrga di Indonesia. Sebanyak 60 ribu warga yang masih tinggal dilahan seluas 300 hektar ini kemudian diberikan imbuhan dan kompensasi untuk memenuhi ambisinya sejak 1956. Seterusnya warga dipindahkan ke wilayah Tebet, Slipi, dan Ciledug.

Sejumlah arsitek Soviet, beserta 40 sarjana teknik memimpin 12 ribu pekerja sipil dan militer dari Indonesia. Selama dua tahun setengah pekerjaan selesai, namun terjadi beberapa kendala yang terjadi tepat di tanggal 23 Oktober 1961, percikan api membakar beberapa bagian bangunan, dan yang paling banyak mengalami kerusakan ialah kayu penyangga, kerangka besi dan atap stadion hancur.

Namun, kecemasan yang dialami dapat terselesaikan, pada 21 Juli 1962 stadion yang merupakan ambisi Soekarno selesai dengan panjang lapangan 105 m, lebar lapangan 68 m, jarak luas ring dalam 920 m, jarak ring luar 1.100 m, trek dalam berbentuk elips luas 1.75 h (sumbu panjang 176,1 meter, sumbu pendek 124.32 meter), serta rumput Zoysia Matrella itu diresmikan.

Keinginan Soekarno soal motif temu gelang sebagai atap dari Stadion Utama Gelora Bung Karno bukanlah tanpa alasan. Selain terinspirasi dari desain Stadion Luzhniki, desain atap bundar yang mengelilingi air mancur di Museo Antropologia de Mexico menjadi inspirasinya untuk menerapkan motif temu gelang di atap stadion. 

Desain yang dibuat pada atap bundar dan penyangga atap dikosongkan dibagian tengah sehingga tiang penyangga atap SUGBK tersebut seluruhnya berada di tepi mengelilingi bangunan serta menyatu pada gelang raksasa yang dicengkram dari bagian atas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya