Ini Makna Filosofis Rumah Limas di Gambar Uang Rp10ribu lama

Ini Makna Filosofis Rumah Limas di Gambar Uang Rp10ribu lama - GenPI.co
Gambar Rumah Limas di uang Rp10 ribu Lama. (Foto: The Happy Debt)

Masih ingat rumah limas yang ada di uang sepuluh ribu lama? Bangunan tersebut merupakan rumah tradisional Palembang yang seluruh bagiannya terbuat dari kayu. Bentuk rumah tersebut sesuai dengan namanya, yaitu limasan dan bergaya panggung. Sementara pondasinya terbuat dari kayu ulen. Alasan pemilihan kayu jenis tersebut dikarenakan kuat dan tahan air. Bagian rumah lainnya terbuat dari kayu trembesi dan uniknya tanpa menggunakan paku.

Rumah ini memiliki sebuah makna dan filosfi yang medalam. Setiap ruangan diatur dengan menggunakan filosofi kekijing. Sementara dalam kekkijing terdapat lima tingkatan ruangan yang diatur berdasarkan penghuninya. Mulai dari usia, jenis kelamin, bakat, pangkat dan martabat.

Tingkatan pertama bernama trenggalung yang merupakan ruangan untuk menerima tamu jika sang pemilik rumah sedang mengadakan hajat. Ruangan ini terdapat pagat trenggalung yang menutupi suasana ruangan bagian dalam, tapi uniknya orang yang ada di dalam bisa melihat keadaan di luar.

Hal menarik lainnya adalah lawang kipas. Sebuah pintu yang jika dibuka akan membentuk langit-langit ruangan dan jika ditutup maka akan membentuk dinding dan selasar pada ruangan trenggalung. Ruang kedua setelah trenggalung adalah jogan yang terdiri dari kekijung tingkat dua. Fungsinya untuk anggota keluarga pemiliki rumah laki-laki. Ruang dalam ada kekijing tingkat tiga yang merupakan sebuah ruang privasi. Orang yang boleh masuk ke ruangan ini adalah tamu khusus saat pemilik rumah menggelar hajatan.

Di dalamnya lagi ada kekijing tingkat empat, merupakan ruangan yang boleh digunakan oleh orang-orang yang dihormati dan memiliki ikatan darah dengan pemilik rumah. Bagian dalamnya ada kekijing tingkat lima yang hanya digunakan oleh orang-orang yang dihormati dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam keluarga dan masyarakat diesebut dengan gegajah.

Uniknya di dalam ruangan gegajah terdapat undakan lantai yang disebut amben. Amben inilah yang digunakan untuk mengadakan musyarawah para penghuni gegajah. Selain itu juga terdapat kamar pengantin, yang hanya difungsikan jika pemilik rumah sedang mengadakan pesta pernikahan.

Rumah Limas sebagai rumah tradisonal kini sudah jarang digunakan oleh masyarakat Palembang. Selain keterbatasan lahan, mengingat untuk membangun rumah limas harus memiliki lahan yang sangat luas, membangun rumah limas juga membutuhkan dana yang lebih banyak ketimbang membangun rumah pada umumnya. Oleh karena itulah, masyarakat Palembang percaya, pemilik rumah limas di zaman kesultanan Palembang adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial dan ekonomi yang tinggi di masyarakat.

Meski masyarakat Palembang sudah tidak menggunakan gaya rumah limas sebagai hunian mereka, bukan berarti tidak ada rumah limas di Palembang. Salah satu rumah limas yang masih berdiri hingga saat ini adalah rumah limas peninggalan Pangeran Syarif Abdurrahman Al Habsi. Setelah mengalami perpindahan kepemilikan, rumah peninggalan tahun 1830 tersebut akhirnya dipindahkan ke halaman belakang Museum Balaputera Dewa, dan menjadi koleksi terbesar museum yang ada di Jalan Srijaya Negara I, Palembang itu. Bahkan untuk menjaga dan melestarikan bentuk rumah limas Palembang yang kaya akan makna filosofis ini, pemerintah mengeluarkan mata uang pecahan Rp10 ribu yang bergambar rumah limas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya